REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN – Saudara sedarah Raja Abdullah, Pangeran Hamzah bin Hussein menandatangani surat yang menyatakan bahwa dia berjanji akan setia kepada kerajaan dan mematuhi tradisi kerajaan.
Pengadilan kerajaan mengatakan, penandatanganan surat perjanjian itu dilakukan setelah Pangeran Hamzah melakukan mediasi bersama dengan keluarga kerajaan, termasuk paman Raja Abdullah, Pangeran Hassan, dan pangeran lainnya.
"Saya menempatkan diri saya di tangan Yang Mulia Raja. Saya akan tetap berkomitmen pada konstitusi Kerajaan Yordania yang terhormat, dan saya akan selalu membantu dan mendukung Yang Mulia Raja dan putra mahkotanya," ujar isi surat tersebut.
Pangeran Hamzah berada di bawah tahanan rumah setelah diduga berkonsolidasi dengan pihak asing untuk mengacaukan Yordania. Istana kerajaan sebelumnya menyatakan Raja Abdullah mempercayakan Pangeran Hassan dan juga putra mahkota untuk bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu. Pangeran Hamzah telah setuju melakukan mediasi keluarga atas permasalahan tersebut.
Pada Sabtu (3/4) militer telah memperingatkan Pangeran Hamzah atas tindakannya yang dapat merusak keamanan dan stabilitas di Yordania. Wakil Perdana Menteri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan Pangeran Hamzah telah dipantau selama beberapa waktu terkait rencananya tersebut.
"Penyelidikan telah memantau gangguan dan komunikasi dengan pihak asing atas waktu yang tepat untuk mengguncang Yordania," kata Safadi.
Safadi mengatakan, badan intelijen asing menghubungi istri Pangeran Hamzah dan mengatur penerbangan bagi pasangan tersebut untuk meninggalkan Yordania. Safadi menambahkan, penyelidikan awal menunjukkan aktivitas dan gerakan yang secara langsung memengaruhi keamanan dan stabilitas negara.
"Penyelidikan awal menunjukkan aktivitas dan gerakan ini telah mencapai tahap yang secara langsung memengaruhi keamanan dan stabilitas negara, tetapi Yang Mulia memutuskan yang terbaik adalah berbicara langsung dengan Pangeran Hamzah, untuk menanganinya di dalam keluarga," ujar Safadi.
Menurut Safadi, antara 14 atau 16 orang telah ditangkap sehubungan dengan rencana tersebut. Meski Pangeran Hamzah tidak dipandang sebagai ancaman langsung bagi raja, tindakannya menunjukkan bahwa dia ingin menopang posisinya dengan publik Yordania setelah disingkirkan dari suksesi kerajaan.
“Yang pasti saya tidak akan patuh ketika mereka memberi tahu Anda bahwa Anda tidak dapat keluar atau tweet atau menjangkau orang tetapi hanya diizinkan untuk melihat keluarga. Saya berharap pembicaraan ini tidak dapat diterima dengan cara apa pun," kata Pangeran Hamzah dalam rekaman yang diedarkan kepada teman dan kontaknya.
Persoalan ini mengguncang citra Yordania sebagai negara paling stabil di Timur Tengah. Raja Abdullah mencopot Pangeran Hamzah dari posisinya sebagai pewaris takhta pada 2004. Pangeran Hamzah adalah putra tertua mendiang Raja Hussein dan istrinya Noor. Dia pernah bertugas di angkatan bersenjata Yordania.
Meskipun dia telah terpinggirkan selama bertahun-tahun, Pangeran Hamzah telah membuat marah pihak berwenang dengan menjalin hubungan dengan sejumlah tokoh oposisi dari suku-suku yang kuat. Mereka dikenal sebagai Herak, yang belum lama ini menyerukan aksi protes terhadap korupsi di Yordania. Negara tersebut mengalami resesi terburuk dalam beberapa dekade akibat pandemi Covid-19.
Kemarahan publik di Yordania meningkat sejak sembilan pasien Covid-19 meninggal dunia karena rumah sakit negara yang baru dibangun kehabisan tabung oksige. Hal ini memperlihatkan kelalaian negara dan diduga ada korupsi dalam pengadaan perlengkapan kesehatan.
Pangeran Hamzah pergi ke rumah keluarga dari sembilan pasien yang meninggal tersebut untuk menyampaikan belasungkawa. Dia berharap dapat mengalahkan raja yang sebelumnya pergi ke rumah sakit untuk meredakan amarah. Ini adalah keretakan terbuka pertama di keluarga kerajaan Yordania.