Rabu 07 Apr 2021 18:46 WIB

Rencana Belajar Tatap Muka di Bandung Direspons Baik

Satgas telah rapat dengan 66 pemangku kepentingan bidang pendidikan dan dinas terkait

Rep: fauzi ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah murid Madrasah Tsanawiyah (MTS) mengikuti kegiatan belajar secara tatap muka di Yayasan Pendidikan Satu Atap Ibnu Aqil Ibnu Sina (IAIS) Soreang, Jalan Lembur Tegal, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (5/8). Yayasan Pendidikan Satu Atap Ibnu Aqil Ibnu Sina (IAIS) Soreang kembali menggelar pembelajaran secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan serta konsep bergilir, yakni satu minggu tatap muka dan dua minggu secara daring guna memaksimalkan pendidikan karakter dan pembinaan akhlak bagi anak. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah murid Madrasah Tsanawiyah (MTS) mengikuti kegiatan belajar secara tatap muka di Yayasan Pendidikan Satu Atap Ibnu Aqil Ibnu Sina (IAIS) Soreang, Jalan Lembur Tegal, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (5/8). Yayasan Pendidikan Satu Atap Ibnu Aqil Ibnu Sina (IAIS) Soreang kembali menggelar pembelajaran secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan serta konsep bergilir, yakni satu minggu tatap muka dan dua minggu secara daring guna memaksimalkan pendidikan karakter dan pembinaan akhlak bagi anak. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Sejumlah forum guru, dewan pendidikan dan pegiat pendidikan di Kota Bandung merespon baik rencana belajar tatap muka pada Juli mendatang di masa pandemi Covid-19. Namun, vaksinasi Covid-19 terhadap guru dan tenaga penunjang lainnya serta kesiapan sarana dan prasarana protokol kesehatan harus sudah tersedia.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengaku sudah melaksanakan rapat dengan 66 pemangku kepentingan di bidang pendidikan termasuk dinas-dinas terkait. Beberapa diantaranya seperti Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI), dewan pendidikan dan lainnya secara umum sepakat tentang belajar tatap muka.

"Prinsip, mereka setuju dilaksanakan PTM (pembelajaran tatap muka) dengan berbagai hal yang harus disiapkan. Kita pun setuju karena ini sejalan dengan SKB 4 menteri yang dikeluarkan bulan Januari 2021," ujarnya, Rabu (7/4).

Ia menuturkan, secara umum poin dalam surat keputusan bersama tersebut diantaranya membahas kesiapan Satgas Covid-19 dan tidak mewajibkan orang tua siswa untuk ikut belajar tatap muka. Selain itu, tenaga pengajar dan pelaksana pendidikan harus memenuhi persyaratan diantaranya sudah divaksin.

Hal lainnya, protokol kesehatan harus disiapkan dengan matang diantaranya terkait pengecekan suhu tubuh, ketersediaan tempat cuci tangan dan toilet yang memadai. Pihaknya juga sedang menyusun rencana diantaranya waktu pelajaran siswa dilakukan menggunakan sistem shift.

"Misal logis tidak, sistem pengaturan jam pelajaran dilakukan shift dari biasa 40 (siswa) hanya 20 (pagi) dan 20 nanti siang. Mata pelajaran tidak lebih dari 2," ungkapnya. Selain itu, jumlah siswa dibatasi untuk satu ruangan kelas.

Terkait dengan masih adanya pro kontra dikalangan orang tua siswa soal belajar tatap muka, ia mengatakan, pihaknya sudah meminta agar forum orang tua siswa memberikan pandangan. Namun, mereka tidak memberikan pandangan."Kita mintakan (pendapat) tidak bicara juga," katanya. Ema mengatakan pihaknya akan melakukan persiapan di lapangan dan sekaligus akan menyampaikan hasil rapat pada saat rapat terbatas bersama para pimpinan."Kita tunggu kebijakan di pimpinan," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement