Kamis 08 Apr 2021 11:32 WIB

India Dikhawatirkan Jadi Episentrum Global Covid-19

India mencatat 100 ribu infeksi covid-19 dalam tiga hari berturut-turut.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu penumpang di stasiun kereta Bandra di Mumbai, India, Rabu, 17 Februari 2021. Pejabat kesehatan telah mendeteksi lonjakan kasus COVID-19 di beberapa kantong negara bagian Maharashtra, termasuk di Mumbai, negara tersebut. modal finansial.
Foto: AP/Rafiq Maqbool
Seorang petugas kesehatan memeriksa suhu penumpang di stasiun kereta Bandra di Mumbai, India, Rabu, 17 Februari 2021. Pejabat kesehatan telah mendeteksi lonjakan kasus COVID-19 di beberapa kantong negara bagian Maharashtra, termasuk di Mumbai, negara tersebut. modal finansial.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- India melaporkan 100 ribu kasus virus corona selama tiga hari berturut-turut. Para ahli khawatir bahwa situasi di India akan segera "meledak" di luar kendali. Negara berpenduduk 1,4 miliar itu berpotensi sebagai pusat penyakit Covid-19.

Pada Rabu (7/4) saja, India mencatat 115.736 infeksi baru dan 630 kematian, menjadikan total kasusnya menjadi 13 juta sejak wabah pada Maret tahun lalu. Jumlah kematiannya 166.177 - menjadikannya negara yang paling parah terkena dampak ketiga di dunia setelah AS dan Brasil - dengan banyak ahli mengatakan bahwa India sedang menghadapi ancaman gelombang kedua virus yang menghancurkan dan mematikan ke depannya.

Baca Juga

"India adalah episentrum virus corona sekarang,” kata Harjit Singh Bhatti selaku presiden Progressive Medicos & Scientists Forum dilansir dari Arab News pada Kamis (8/4).

"Ini adalah episentrum virus di dunia, karena tidak ada kasus yang meningkat dengan alarm yang mengancam seperti itu," kata Harjit.

Harjit menyalahkan pemerintah atas lambatnya respons dalam memvaksinasi publik. Ia juga mengeluhkan tidak ketatnya penegakan protokol Covid-19.

Sedangkan Presiden Asosiasi Dokter Residen dari Institut Ilmu Kedokteran Seluruh India, Adarsh ​​Pratap Singh mengatakan masyarakat menjadi ceroboh tentang Covid-19. Ia menilai sikap ini telah menyebabkan peningkatan kasus.

"India mungkin akan meledak jika varian korona mencapai pedesaan," ujar Adarsh.

Adarsh juga menyoroti makin banyaknya varian Covid-19 yang kian membuat masyarakat resah. "Karena mobilitas masyarakat meningkat, maka kasus-kasus yang meningkat tidak dapat dikesampingkan," lanjut Adarsh.

Sebagai tindakan pencegahan untuk menahan penyebaran wabah, pemerintah daerah di India mulai memberlakukan pembatasan tinggi terhadap aktivitas publik mulai Rabu ini. New Delhi mengumumkan jam malam mulai pukul 10 malam menjadi 5 pagi selama sebulan setelah melaporkan 5.100 kasus baru pada Rabu  atau tertinggi tahun ini.

Hal ini juga menyebabkan Pengadilan Tinggi Delhi mengeluarkan perintah yang mewajibkan penggunaan masker.  Bahkan jika seseorang mengemudi sendirian di dalam mobil tetap wajib pakai masker.

Situasinya sama mengkhawatirkan di negara bagian barat Maharashtra, rumah bagi ibu kota keuangan Mumbai, yang menyumbang setengah dari kasus di India. Beberapa kota di negara bagian itu, termasuk Mumbai, telah diberlakukan jam malam setiap malam.

Perdana Menteri Narendra Modi telah menyerukan pertemuan darurat pada Kamis ini dengan menteri dan kepala semua negara bagian. India sebenarnya telah meluncurkan program vaksinasi pada 16 Januari, dengan 84 juta orang diinokulasi hingga Selasa ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement