REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia mengirimkan lima relawannya ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Ahad (11/4). NTT adalah provinsi yang sebagian wilayahnya diterjang bencana angin kencang, banjir bandang dan tanah longsor akibat siklon tropis seroja.
Ketua Tim MER-C untuk NTT, Rifqi Zulfikar menyampaikan, setibanya di Kupang ibukota NTT, tim langsung berkoordinasi dengan BPBD, Dinas Kesehatan setempat dan pihak terkait lainnya. Berdasarkan hasil koordinasi sementara, tim memutuskan untuk melakukan assessment ke Desa Bena di Timor Tengah Selatan.
"Setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak, dari BPBD Provinsi menyarankan kami ke Desa Bena di Timor Tengah Selatan," kata Rifqi melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Selasa (13/4).
Ia mengatakan, menurut data yang MER-C dapat, belum ada tim medis ke sana. Info dari lokasi juga masih sangat terbatas karena sulitnya sinyal pasca bencana. Untuk itu, MER-C akan melakukan assessment langsung ke lapangan.
Ia menerangkan, Bena adalah salah satu desa yang dilanda bencana banjir. Desa ini sering mengalami banjir karena wilayahnya landai. Ditambah adanya siklon tropis seroja yang memicu cuaca ekstrem di NTT.
"Pada Senin (12/4), tim MER-C bersama relawan Ukhuwah Al Fatah Rescue (UAR) bergerak menuju desa Bena. Sebelumnya, tim membeli tambahan obat-obatan di Kupang untuk persiapan pelayanan medis bagi warga korban bencana," ujarnya.
Rifqi mengatakan, sebagian obat MER-C bawa dari Jakarta, beberapa tambahan obat dibeli di Kupang. MER-C juga membawa emergency kit dan set bedah minor yang memungkinkan penanganan operasi kecil di lapangan jika diperlukan.
"Dengan bekal ini, kami akan melakukan assessment ke wilayah terdampak bencana yang masih membutuhkan bantuan medis. Mohon doanya," ujar Rifqi relawan yang baru saja menyelesaikan pendidikan spesialis bedahnya dan langsung terpanggil untuk menjalankan tugas kemanusiaan ke NTT.
Tim MER-C yang berangkat ke NTT di antaranya Rifqi Zulfikar, Laily Anna Diah Ardi Shinta, Ade Andrian, Iis Islamiah dan Marissa Noriti.