REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Ayyub al-Anshary merasa gelisah. Rumah Abu Ayyub mendapat kemuliaan lantaran terpilih untuk menjadi tempat tinggal sementara Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam setibanya di Madinah. Saat itu, Masjid Nabawi tengah dibangun, begitupula dengan rumah Rasulullah SAW.
Rumah Abu Ayyun memiliki dua tingkat. Sejatinya, Abu Ayyub mempersilahkan Rasulullah menempati bagian atas. Segala sesuatunya sudah dirapihkan. Barang-barang Abu Ayyub sudah dipindahkan. Namun, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam memilih menempati lantai bawah.
Ketika malam tiba, Rasulullah berada di kamar bawah, sedangkan Abu Ayyub dan istrinya naik ke lantai atas. "Celakalah kita, mengapa kita sebodoh ini. Pantaskah Rasulullah berada di bawah, sedangkan kita berada lebih tinggi dari beliau?Pantaskan kita berjalan di atas beliau. Pantaskah kita menghalangi antara Nabi dan wahyu, niscaya kita celaka,"kata Abu Ayyub yang merasa tidak tenang.
Lantaran merasa tak tenang, keduanya akhirnya memilih tidur di tempat yang sejajar dengan Rasulullah. Mereka diam-diam berpindah khawatir mengganggu Rasulullah beristirahat.
Pada akhirnya keduanya tak bisa tidur. "Mata kami tidak terpejam sepanjang malam, baik aku maupun istriku ya Rasulullah,"kata Abu Ayyub saat ditanya mengapa keduanya tidak tidur semalam.
"Mengapa Begitu,"tanya Nabi.
"Saya ingat, kami berada di atas, sedangkan engkau di bawah. Bila kami bergerak sedikit saja, debu akan berjatuhan mengenaimu ya Rasulullah. Di samping itu, kami khawatir menghalangi wahyu datang,"kata Abu Ayyub.