REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemuda Quraisy berma Fudhalah sudah lama menaruh kebencian terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam hatinya terniat untuk membunuh Rasulullah.
Tibakah satu kesempatan, Fudhalah melihat Rasulullah sedang tawaf. Diam-diam ia pantau Rasulullah dengan harapan memiliki kesempatan untuk menikam beliau.
Tiba saat yang tepat, saat kondisi agak temaram, sebelum menghujamkan pisau ke pungguh Rasulullah, tetiba Nabi menegurnya. "Engkau kah itu Fudhalah,"tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab, "Benar".
"Apa yang sedang engkau pikirkan,"tanya Nabi. "Saya sedang berzikir," jawab Fudhalah. Mendengarkan jawaban itu, lalu Rasulullah memegang dadanya lalu meminta Fudhalah memohon ampun kepada Allah. "Mintalah ampun kepada Allah SWT wahai anakku,"kata Rasulullah.
Fudhalah terkeju, merasa jantungnya terhenti berdenyut. Barulah ia menyadari tingginya budi pekerti Rasulullah. Saat itu juga, Fudhalah yang begitu membenci menjadi sangat mencintai beliau.
"Demi Allah, sejak dia mengangkat tangannya dari dadaku, tidak ada seorang pun yang aku cintai melebih dia,"kata Fudhalah.