REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Agama mengajarkan manusia untuk harmonis dengan lingkungan atau alam, juga melarang umatnya merusak keseimbangan alam. Nilai agama dan lingkungan ini semakin relevan digali saat dunia hadapi krisis lingkungan akibat ulah manusia.
Direktur DPPAI Universitas Islam Indonesia (UII), Dr Aunur Rohim Faqih menilai, permasalahan lingkungan dari apa sebabnya hingga bagaimana mengatasinya sesuai teologi Islam perlu diulas. Tujuannya, agar manusia itu sendiri tidak terpuruk.
"Manusia mahluk yang dimuliakan Allah, namun jika tidak menjaga kemuliaan itu akan terjadi kerusakan lingkungan, sehingga perlu pendekatan teologi Islam," kata Aunur dalam webinar Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII.
Pengasuh Ponpes Nurul Haramain, TGH Hasanain Juaini menekankan, banyak usaha yang bisa dilakukan dalam menjaga lingkungan. Mulai dari mengelola sampah, budidaya ikan, menanam pohon dan menjaga sungai yang ada di sekitar kita.
"Negara yang maju bisa dilihat dari kebersihan sungainya. Negara maju biasanya sungainya bersih dan negara terbelakang sungainya kumuh," ujar Hasanain.
Dosen Prodi Teknik Lingkungan UII, Dr Hijrah Purnama Putra menambahkan, perlu ada terobosan dalam pengelolaan limbah. Sebab, setiap aktivitas yang dilakukan manusia pasti menghasilkan sampah, termasuk di Indonesia yang terus bertambah.
Ia menekankan, sampah-sampah yang dihasilkan manusia sendiri harus diperlakukan khusus agar tidak merusak lingkungan. Salah satu yang terpenting yaitu memilah karena secanggih apapun teknologinya, jika sampah tidak dipilah akan percuma.
"Sebelum menghasilkan sampah kita perlu melakukan pencegahan supaya sampah yang dihasilkan minimum, saat sudah terpaksa harus menghasilkan sampah tidak lupa memilah sampah, kemudian dilakukan pengolahan sampah setelah itu," kata Hijrah.