Sabtu 17 Apr 2021 05:57 WIB

Mahfud: Tahan Hawa Nafsu untuk Tak Berbuat Sewenang-Wenang

Di bulan puasa hawa nafsu harus ditahan terutama untuk tidak berbuat sewenang-wenang

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Esthi Maharani
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD menjadi penceramah dalam sholat Tarawih berjamaah malam kelima Ramadhan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Dalam ceramahnya, dia berkata, pada bulan puasa hawa nafsu harus ditahan terutama untuk tidak berbuat sewenang-wenang.

"Tahan hawa nafsu untuk tidak berbuat sewenang-wenang dan selalu berbuat baik menolong orang lain," ungkap Mahfud dalam siaran persnya, Sabtu (17/4).

Mahfud menyampaikan, siapapun mempunyai godaannya masing-masing. Godaan tersebut dapat datang silih-berganti sesuai peran dan kapasitas seseorang. "Siapapun itu, pejabat, pedagang, yang cantik, miskin, punya godaan sendiri. Kita mampu tidak bertahan dari banyak godaan? Khususnya selama puasa," kata dia.

Menurut Mahfud, berpuasa merupakan kegiatan mencoba bersikap mati sebelum mati. Mengutip hadits nabi, Mahfud mengatakan ada mati sebelum mati, di mana nurani seseorang tetap hidup. Lebih lanjut dia menerangkan, itu berarti seseorang mampu menjaga dirinya dari keperluan fisik duniawi yang mampu membunuh hawa nafsu, ketamakan, dan nafsu lainnya.

"Bersikap mati sebelum mati. Bertahan maupun menyerang agar tidak tergoda hawa nafsu. Menyerang dalam arti positif, yakni membantu yang membutuhkan, mengerjakan pekerjaan dengan baik dan sungguh-sungguh," kata Mahfud.

Ketika hawa nafsu sudah dapat dikendalikan, maka seseorang ia sebut dapat masuk ke bulan Syawal dengan baik. Jika seseorang hatinya masih keras dan tidak berubah selepas bulan Ramadan, maka itu berarti orsng tersebut tidak bisa menempa diri selama berpuasa.

"Syawal artinya meningkat. Kalau tidak, puasa wajib terpenuhi, tapi hatinya tidak tertempa. Masih keras. Kalau tidak berubah, kita artinya tidak bisa menempa diri selama berpuasa," ujar mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Salat tarawih berlangsung dengan protokol kesehatan yang amat ketat. Seluruh jamaah wajib memakai masker. Shafnya berjarak dua meter lebih antara jamaah satu dengan yang lain.

Sebelum masuk ke dalam Masjid, jamaah diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas. Untuk tempat wudhu, sudah ada petugas yang mengarahkan agar tidak berkerumun. Di dalam, tak disediakan karpet. Jamaah membawa sajadah sendiri-sendiri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement