REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG – Pemerintah Xinjiang di Cina membantah laporan bahwa China menghancurkan masjid di seluruh wilayah itu.
Seorang juru bicara pemerintah dilaporkan mengatakan masjid sedang dibangun kembali atau diperbaiki untuk memberikan keamanan yang lebih baik bagi populasi Muslim di kawasan itu.
The Global Times, tabloid berbahasa Inggris milik People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunitas China, mengutip juru bicara Kantor Informasi Pemerintah Xinjiang yang berbicara tentang laporan tersebut.
"Tidak ada yang disebut masalah pembongkaran paksa masjid di Xinjiang," kata juru bicara Elijan Anayat mengatakan pada konferensi pers 18 April 2021, menurut Global Times, dilansir dari Newsweek, Selasa (20/4).
Xinjiang, secara resmi bernama Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur, terletak di wilayah barat laut China. September lalu, The New York Times melaporkan bahwa pemerintah menghancurkan banyak masjid di seluruh wilayah itu, dalam upaya untuk mengikis warisan budaya dan agama di wilayah tersebut dan secara paksa mengasimilasi minoritas Muslimnya. Beberapa outlet media barat lainnya, termasuk Voice of America, mengangkat cerita tersebut.
Dengan menggunakan citra satelit, Institut Kebijakan Strategis Australia memperkirakan pihak berwenang merusak atau langsung menghancurkan ribuan bangunan keagamaan di seluruh Xinjiang.
Anayat mengatakan kondisi masjid yang buruk membuat praktisi tidak aman untuk menggunakannya, terutama karena gempa bumi dapat meruntuhkannya, menurut Global Times. Dia juga dilaporkan mengklaim rekonstruksi, relokasi atau perluasan bangunan itu atas permintaan umat Islam.
Ini terjadi ketika berita media mengklaim pemerintah Xinjiang telah menahan orang-orang beragama di seluruh wilayah, termasuk Uyghur dan etnis Muslim Turki lainnya.
Lebih lanjut, laporan oleh Human Rights Watch dan Klinik Penyelesaian Konflik dan Hak Asasi Manusia Internasional Universitas Stanford mengatakan China telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Uyghur dan populasi etnis Muslim Turki lainnya di Xinjiang. Laporan tersebut mencirikan kejahatan tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang paling parah di bawah hukum internasional.
Anayat dilaporkan mengatakan bahwa orang-orang beragama yang ditahan sebenarnya adalah teroris yang menyebarkan ekstremisme. Dia mengklaim orang-orang religius yang baik bahkan telah dibunuh para teroris ini.
Tabloid itu juga menulis bahwa Anayat mengklaim China tidak pernah secara khusus menargetkan agama apapun ketika berusaha membungkam ekstremisme dan mencegah tindakan teroris terjadi di negara itu. Karena tindakan seperti itu, katanya, Xinjiang tidak pernah mengalami aksi teroris selama empat tahun berturut-turut.
Baik Global Times dan People's Daily telah lama dituduh sebagai corong Partai Komunis China dan menyebarkan propaganda pro-pemerintah. Setahun terakhir, Global Times juga dihadapkan pada tuduhan menyebarkan informasi yang salah tentang virus corona.
Sumber: newsweek