REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu importir dan distributor utama daging, PT Suri Nusantara Jaya, menilai daging beku masih menjadi salah satu pilihan konsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Founder PT Suri Nusantara Jaya Diana Dewi mengatakan saat ini pengecekan daging beku impor sudah dilakukan dengan ketat serta wajib mempunyai sertifikasi halal.
"Kehalalan daging beku juga terjamin. Saat masuk ke Indonesia, salah satu persyaratan yang tidak bisa dilewatkan adalah sertifikat halal. Kalau tidak ada, daging beku itu tidak bisa masuk ke Indonesia," katanya, Kamis (22/4).
Dengan stok yang memadai, Diana mengatakan daging beku juga bisa menjadi substitusi daging segar serta menolong industri dalam menjaga standardisasi atas kualitas produk olahan. "Hotel, restoran, dan katering bisa mendapatkan produk yang standardnya sesuai keinginan mereka. Cuma, daging beku memang belum terlalu diterima oleh pasar karena dianggap daging sudah lama dan tidak segar sehingga tidak layak. Padahal tidak seperti itu," katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati juga memastikan adanya keunggulan daging beku salah satunya kandungan nutrisi yang dapat terjaga dalam waktu lama. Kemudian, ia menambahkan daging beku memiliki mutu yang seragam serta bisa berada dalam kondisi yang baik dalam waktu lama dan tidak cepat membusuk seperti daging segar.
"Soal umur simpan, daging segar itu sangat singkat, harian. Kalau daging beku bisa berbulan-bulan, bahkan tahunan, tergantung suhu dan penanganannya. Hal yang tak kalah penting, mutu daging beku itu terjamin. Termasuk soal aspek halalnya," kata Suharini.
Suharini menambahkan pembekuan adalah metode yang diketahui paling baik dalam mengawetkan daging karena dapat mempertahankan nilai gizi atau nutrisi serta kesegaran maupun rasa tanpa bahan pengawet.
Berdasarkan data dari kementerian terkait, kebutuhan daging nasional pada 2020 mencapai 717.150 ton dengan sebanyak 422.533 ton dipenuhi melalui produksi dalam negeri.
Sementara itu, realisasi impor daging beku pada 2020 mencapai 387.506 ton yang terdiri atas daging kerbau beku sebanyak 81.618 ton dan daging sapi beku sebanyak 189.698 ton. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Suharman Tabrani mengatakan saat ini pasokan daging impor ke pasar domestik mampu menjaga kestabilan harga di tingkat eceran pada periode Ramadhan.
Pada Maret 2021, pergerakan harga yang stabil tersebut telah membuat daging sapi menyumbang deflasi 0,46 persen, atau lebih rendah dari periode sama pada tahun sebelumnya. "Ke depan, perlu diperhatikan potensi kenaikan harga daging sapi domestik akibat dampak tren peningkatan harga sapi dunia dan peningkatan permintaan masyarakat di bulan Ramadhan dan Idul Fitri," katanya.
Untuk itu, ia menyampaikan rekomendasi yang perlu diperhatikan para pemangku kepentingan agar pasokan terjaga yaitu peningkatan komunikasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging beku yang berkualitas. Kemudian, adanya pemantauan risiko keamanan dan kualitas daging beku serta perlunya pembenahan jalur tata niaga aneka daging dan sistem produksi.