REPUBLIKA.CO.ID, Suatu ketika, Khalifah Harun Al Rasyid ditimpa gelisahan. Sang Khalifah pun minta diantar oleh Fadhal bin Rabu mendatangi rumah ulama, untuk meminta siraman rohani.
Fadhal mengantar khalifah ke rumah Fudhail bin Ayyadh yang terkenal zahid. Belum lagi Harun mengutarakan maksud kedatangannya, Fudhail berkata," Sadarkah Anda Amirul Mukminin, bagaimana orang memuji, mengangkat, dan meninggikan Anda?Tetapi kelak dihadapan Allah, Anda ditanyai tentang sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, hanya Anda yang menangung jawabnya. Orang yang paling cinta kepada Anda di dunia ini adalah orang yang lebih dahulu lari dan tidak bisa membela Anda."
"Ingatlah wahai, Amirul Mukminin, suatu kejadian yang belum lama terjadi, ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Dia memanggil Salim bin Abdullah, Muhammad bin Kaab, dan Raja bin Haiwah. Ia berkata kepada mereka, sekarang saya ditimpa musibah yakni memangku jabatan sebagai khalifah. Itulah sebabnya, kalian saya panggil, saya hendak minta saran dan nasihat."
"Ketika itu, wahai Amirul Mukminin, Salim bin Abdullah memberi saran kepada Umar. Jika Anda hendak lepas dari azab Allah berpuasa di dunia dan berbukalah ketika Anda mati. Muhammad Kaab pun menasihati Umar, jika Anda hendak lepas dari azab Allah, pandanglah umat Islam yang lebih tua dari Anda sebagai ayah, pada yang sama uurnya dengan Anda sebagai saudara, dan pada yang lebih mudah sebagai anak. Hormatilah ayahmu, sayangilah saudaramu, dan kasihilah anak-anakmu."
"Sedangkan Raja bin Huwaih menyarankan, jika Anda hendak lepas dari azab Allah, kasihi kaum Muslimin sebagai Anda mengasihi dirimu sendiri. Jauhilah segala macam perkara yang dibenci rakyatmu. Bila semua itu sudah Anda jalankan, matilah bila Anda suka. Saya sampaikan nasihat ini, sedangkan hati saya sendiri sangat takut memikirkan bagaimana besarnya perkara yang Anda hadapi."
Mendengar nasihat itu, khalifah Harun Al Rasyid menangis,