Pemindaian bawah air kemudian mengkonfirmasi bahwa kapal selam itu telah tenggelam hingga kedalaman 838 meter dan terbelah menjadi setidaknya tiga bagian, lambung, bagian utama dan buritan.
Militer Indonesia sekarang bergulat dengan bagaimana mereka dapat mengangkat kapal selam dari kedalaman seperti itu, mengingat logistik dan biaya yang sangat besar untuk tugas semacam itu.
Laksamana Goldrick menjelaskan sudah ada preseden untuk mengangkat setidaknya bagian kapal selam yang lebih dalam daripada KRI Nanggala-402.
"Misi Amerika Serikat tahun 1974 dengan nama sandi Project Azorian melibatkan pengangkatan komponen besar dari kapal selam pembawa rudal Soviet yang tenggelam," katanya, merujuk pada tenggelamnya K-129.
"Namun demikian, membawa sekitar 1.300 ton logam kembali ke permukaan dari kedalaman lebih dari 800 meter tetap merupakan tantangan yang luar biasa," katanya.
Upaya menemukan jasad korban
Pakar militer dan kelautan Indonesia mengatakan hanya ada beberapa opsi untuk mengangkat kapal selam ke permukaan.
Mereka bisa memasang tabung atau balon dengan udara atau cairan apung ke lambung kapal, atau mengangkat kapal selam dengan kabel baja dari derek atau tongkang, seperti yang dilakukan dengan Kursk, yang menewaskan 118 awak.