REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kelaparan mengancam daerah selatan Madagaskar dan anak-anak di wilayah itu menderita lapar setelah kekeringan dan badai pasir merusak hasil panen. Hal itu diungkap Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Direktur senior operasi WFP secara global, Amer Daoudi, mengatakan dia telah mengunjungi desa-desa Madagaskar. Di sana, kata Daoudi, orang-orang terpaksa memakan belalang dan daun.
"Saya menyaksikan gambar mengerikan dari anak-anak yang kelaparan, kekurangan gizi, dan tidak hanya anak-anak tetapi juga ibu, orang tua, dan penduduk di desa-desa yang kami kunjungi," kata Daoudi yang berbicara dari Antananarivo, Madagaskar, pada Jumat (30/4).
"Mereka berada di ambang kelaparan, ini adalah peristiwa yang sudah lama tidak saya lihat di seluruh dunia," tutur dia kepada media yang mengikuti pengarahan di Markas PBB Jenewa.
Malnutrisi, yang meningkat hampir dua kali lipat menjadi 16 persen dari 9 persen pada Maret 2020 setelah lima tahun berturut-turut kekeringan berlangsung, diperburuk tahun ini oleh badai pasir dan hujan, kata Daoudi. WFP sedang berupaya mengumpulkan dana 75 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun) untuk menutupi kebutuhan darurat dalam beberapa bulan ke depan, ia menambahkan.