Sabtu 01 May 2021 01:20 WIB

NasDem dan PKS Dorong Modernisasi Alutsista

Perlu juga memperhatikan terkait kesejahteraan prajurit TNI AL.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andi Nur Aminah
Sekjen Partai Nasdem, Johnny G Plate
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Sekjen Partai Nasdem, Johnny G Plate

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai NasDem mengungkapkan kesedihannya atas gugurnya awak kapal selam KRI Nanggala-402. Dalam pertemuannya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi modernisasi dan peningkatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) nasional.

"Kebutuhannya dalam rangka pertahanan-pertahanan negara dan bangsa," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem, Johnny G Plate, dalam konferensi pers, Jumat (30/4)

Baca Juga

Dukungan serupa juga disampaikan Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Selain modernisasi alutsista, ia juga mendorong agar kesejahteraan prajurit diperhatikan. "Terkait musibah yang terjadi pada patriot bangsa dengan tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 kami juga selain menyepakati adanya upaya modernisasi Alutsista saya kira perlu diperhatikan terkait kesejahteraan prajuritnya," ungkapnya,

Sebelumnya jajaran petinggi PKS mendatangi DPP Partai NasDem di Gedung Akademi Bela Negara, Pancoran, Jakarta, Jumat (30/4). Sejumlah isu disampaikan PKS dalam pertemuan tersebut. Salah satunya terkait larangan mudik di tengah penanganan Covid-19.

"Kita memaklumi kebijakan yang harus dilakukan pelarangan mudik dalam upaya untuk menutup penyebaran-penyebaran wabah Covid-19. Namun demikian tentu dengan kebijakan ini terdampak ekonomi daerah oleh karena itu kita minta mudah-mudahan pemerintah bisa mengambil terobosan-terobosan memberikan insentif kepada UKM UMKM di daerah yang terdampak di daerah," jelasnya.

Selain itu PKS juga mendukung gerakan bersama yaitu gerakan menyalurkan THR maupun zakat ke daerah-daerah. Selain itu keduanya juga mendukung agar ke depan kualitas perpolitikan semakin berkualitas.

"Sehingga tidak terpolarisasi yang kemudian menjadi beban berkepanjangan dalam kehidupan demokrasi bangsa sekaligus meningkatkan kualitas demokrasi sebagaimana yang pernah dirilis intelligence economic unit bahwa Indonesia masuk dalam cacat demokrasi, mudah-mudahan ke depan ini bisa diperbaiki," terangnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement