REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyediakan uang tunai Rp 12,9 triliun per minggunya jelang perayaan Lebaran tahun ini. Jumlah uang tunai ini meningkat tujuh persen dibandingkan uang tunai yang disediakan perseroan tahun sebelumnya.
"Kalau kita bicara mengenai kebutuhan kas, kebutuhan uang tunai, kita selalu memperkirakan membuat proyeksi dalam periode empat mingguan jelang hari lebaran, dimana dalam empat minggu ini kebutuhan kas akan meningkat jelang Idul Fitri. Tahun ini selama empat minggu rata-rata per minggunya kebutuhannya Rp12,9 triliun menuju hari H-nya 13 Mei. Prediksi tersebut naik sebesar tujuh persen dibandingkan persiapan kita tahun lalu," kata Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI YB Hariantono saat buka puasa bersama secara virtual di Jakarta, Kamis (6/5).
Hariantono menjelaskan, alokasi kebutuhan kas tersebut terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pengambilan tunai di kantor cabang dan pengambilan tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Menurut Hariantono, penarikan tunai di ATM akan dominan sekali dibandingkan penarikan di kantor cabang.
"Penarikan di ATM sekitar Rp8,57 triliun, di cabang Rp4,3 triliun. Kalau kita buat persentase mungkin plus minus 70-30, jadi akan dominan pengambilan tunai di mesin-mesin ATM kita," ujar Hariantono.
Ia mengatakan, dengan 17.500-an ATM milik emiten berkode saham BBNI itu, kebutuhan uang tunai nasabah selama lebaran dapat terpenuhi dan terlayani dengan baik. Pada 2021, Hariantono juga memprediksi tren penggunaan ATM oleh nasabah akan lebih besar dibandingkan kebutuhan di kantor cabang.
"Jadi ini juga in line masyarakat kita semakin lama semakin melek ke electronic channel, menggunakan channel digital untuk transaksi perbankan. Meski tidak sesuatu perubahan yang sangat signifikan, tapi kita lihat transformasi ini terjadi, kebutuhan cash masih ada tapi masyarakat sudah preference gunakan channel ATM," kata Hariantono.
Terkait sebaran kebutuhan tunai di wilayah Jakarta dan wilayah non Jakarta. Sebaran pemakaian uang tunai dinilai akan dominan di luar wilayah Jabodetabek yaitu hingga 81 persen, sedangkan Jabodetabek hanya 19 persen.
"Terlihat bahwa memang akan dominan sekali pengambilan tunai di luar non Jabodetabek. Ini juga in line walau ada pembatasan mudik, seperti kata Bapak Presiden, masih ada orang 18-19 juta orang akan mudik dengan segala pembatasan yang ada. Maka kita pun juga menyiapkan layanan untuk pengisian ATM kita dan cabang atau outlet kebutuhan kas akan kita penuhi," ujar Hariantono.
Hariantono menuturkan, pada 2020 meski ada pandemi COVID-19 kebutuhan kas tetap meningkat tapi terjadi penurunan kebutuhan kas dibandingkan dengan tahun-tahun non pandemi sebelumnya. Selama 2020 dengan segala pembatasan sosial membuat kegiatan ekonomi di Tanah Air cukup stagnan.
Menurut Hariantono, kebijakan pemerintah yang bergantian menekan "gas dan rem" cukup bisa menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat yang diiringi dengan berbagai bantuan sosial sehingga perekonomian tidak benar-benar sepi sama sekali dan masih ada pergerakan pada 2020 lalu.
"Menuju 2021 kita lihat kemarin pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,74 persen pada kuartal satu. Turun tetapi turunnya terhadap kondisi yang normal sebesar 0,74 persen, jadi ini cerminkan kondisi di kuartal satu ini ekonomi kita walaupun terganggu ada pandemi, turunnya tidak banyak-banyak dibandingkan dengan kondisi normal tahun sebelumnya. Ini yang juga menjadi salah satu pertimbangan kita dalam memperkirakan kebutuhan keuangan masyarakat pada saat hadapi lebaran di tahun ini," kata Hariantono.