Kamis 20 May 2021 07:56 WIB

Harga Minyak Anjlok Terseret Kekhawatiran Pandemi Asia

Pembicaraan nuklir Iran akan meningkatkan pasokan minyak dan menekan harga.

Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat. Minyak jatuh dua dolar lebih pada akhir perdagangan Rabu (19/5), ke tingkat terendah dalam tiga minggu.
Foto: AP Photo/Charlie Riedel
Siluet kilang minyak di Oakley, Kansas, Amerika Serikat. Minyak jatuh dua dolar lebih pada akhir perdagangan Rabu (19/5), ke tingkat terendah dalam tiga minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak jatuh dua dolar lebih pada akhir perdagangan Rabu (19/5), ke tingkat terendah dalam tiga minggu. Ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Asia akan mengurangi permintaan minyak mentah dan kekhawatiran inflasi AS dapat mendorong Federal Reserve memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan suku bunga.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir 2,05 dolar AS atau 3,0 persen, menjadi ditutup pada 66,66 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni terpangkas 2,13 dolar AS atau 3,3 persen, menjadi menetap di 63,36 dolar AS per barel. 

Baca Juga

Itu adalah penutupan terendah untuk kedua kontrak acuan sejak 27 April. Pedagang juga mengutip rumor bahwa pembicaraan nuklir Iran membuat kemajuan, yang dapat meningkatkan pasokan minyak mentah global dan menekan harga.

Pada Selasa (18/5) Brent naik ke level tertinggi 10 minggu di atas 70 dolar AS per barel dalam perdagangan intraday di tengah optimisme permintaan minyak akan melonjak dengan dibukanya kembali ekonomi AS dan Eropa. Namun, Brent kembali mundur di tengah kekhawatiran perlambatan permintaan bahan bakar di Asia di mana melonjaknya kasus Covid-19 mendorong pembatasan baru di India, Taiwan, Vietnam dan Thailand.

"Gambaran permintaan global mungkin yang paling terpecah sejak dimulainya pandemi, dengan gambaran permintaan yang membaik di Barat versus prospek yang memburuk di Asia," kata Sophie Griffiths, analis pasar OANDA, mencatat gambaran beragam membuat volatilitas di pasar.

Analis mengatakan Iran dapat menyediakan sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph) tambahan pasokan minyak jika kesepakatan tercapai. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan harga minyak stabil dan pasar kira-kira seimbang.

Spekulasi bahwa Fed mungkin menaikkan suku bunga membebani prospek pertumbuhan ekonomi dan mendorong investor untuk mengurangi eksposur terhadap minyak dan komoditas-komoditas lainnya, bitcoin dan mata uang kripto lainnya, serta saham. Sejumlah pejabat Fed tampaknya siap untuk mulai mempertimbangkan perubahan kebijakan moneter berdasarkan kemajuan pesat lanjutan dalam pemulihan ekonomi, menurut risalah pertemuan bank sentral AS pada April.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement