REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- PBB mencatat setidaknya 75 ribu warga Palestina terlantar karena serangan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza hingga Kamis (20/5). Rumah-rumah, gedung, dan sejumlah tempat hancur dirudal oleh Israel sejak kekerasan memanas pada 10 Mei lalu.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa jumlah kumulatif pengungsi internal (IDP) sejak 10 Mei adalah 75 ribu, termasuk 47 ribu mencari perlindungan di 58 sekolah Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di seluruh Gaza. Sekitar 28.700 pengungsi tinggal bersama keluarga angkat.
Juru bicara (OCHA) mengatakan, situasi secara keseluruhan di Gaza sangat mengkhawatirkan. Permusuhan antara pasukan Israel dan kelompok bersenjata di Gaza berlanjut hingga hari kesembilan, meski intensitas lebih rendah.
Di sisi lain, bentrokan antara Palestina dan pasukan Israel di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur juga semakin intensif. "Semua pihak dalam pertempuran harus menyetujui jeda kemanusiaan sampai gencatan senjata tercapai, untuk memastikan akses masuk dan keluar dari Gaza bagi staf kemanusiaan dan barang-barang penting, dan memungkinkan distribusi bantuan darurat yang aman di dalam Gaza," ujar OCHA dalam pernyataannya dikutip laman Anadolu Agency, Kamis.
Kementerian Kesehatan Palestina juga mencatat, sekurangnya 227 warga Palestina telah gugur, termasuk 64 anak-anak dan 38 wanita, dan 1.620 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 10 Mei. Pusat kesehatan, kantor media, dan lingkungan perumahan telah menjadi sasaran agresi Israel.
OCHA mengatakan, bahwa total korban di Tepi Barat hingga 19 Mei adalah 25 kematian, termasuk empat anak, dan 6.309 luka-luka. Sementara total korban jiwa di Israel pada Rabu (19/5) adalah 12 kematian, termasuk dua anak-anak, dan 796 luka-luka.
Pada Selasa lalu, OCHA mengatakan bahwa mengingat cadangan bahan bakar yang terbatas, satu-satunya pembangkit listrik Gaza beroperasi hanya dengan dua dari empat turbinnya, yang mengakibatkan pemadaman listrik harian selama 8-12 jam. Pabrik Desalinasi Air Laut Gaza Utara masih belum beroperasi sehingga mempengaruhi akses sekitar 250 ribu orang ke air minum bersih.
Sekitar 230 ribu orang lainnya dari Kota Gaza dan Khan Younis memiliki akses terbatas ke air pipa karena meningkatnya pemadaman listrik dan kerusakan jaringan.
Sekitar 700 meter jaringan air limbah di Beit Lahia, Kota Gaza dan Khan Younis rusak, mengakibatkan aliran air limbah di jalan-jalan. Selain itu, semua aktivitas penangkapan ikan tetap dilarang di lepas pantai Gaza.
Ketegangan baru-baru ini dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan. Ketegangan kemudian menyebar ke Gaza karena serangan Israel terhadap jamaah di kompleks Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah.