REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada yang istimewa dengan kekuatan ekonomi kaum Yahudi. Sebagaimana lazimnya kaum perantau, kaum Yahudi yang tercerai-berai dari kampung halamannya selama ratusan tahun telah dipaksa oleh keadaan untuk bertahan hidup dengan berdagang dan berusaha jauh lebih keras daripada penduduk lokal.
Salah satu negara perantauan mereka adalah Amerika Serikat (AS), yang saat ini menjadi negara adidaya dalam berbagai bidang. Posisi Amerika Serikat sebagai negara adidaya itulah yang menjadikan pengusaha Yahudi yang sukses di negara itu menjadi sangat berpengaruh di dunia.
Jadi, sebenarnya ada dua faktor utama yang dapat menerangkan kekuatan ekonomi kaum Yahudi saat ini. Pertama, jiwa perantau yang selalu berusaha lebih keras. Kedua, posisi Amerika Serikat sebagai negara adidaya.
Lihatlah kaum China yang juga senang berkelana jauh dari negerinya, memetik hasil kerja keras mereka di tanah perantauan. Lihat pula kaum Minang, kaum Bugis, dan kaum-kaum lainnya yang mempunyai tradisi berkelana. Mereka memetik hasil kerja keras di tempat-tempat perantauannya.
Karena itu, kekuatan ekonomi kaum Yahudi sebenarnya tidak lebih dari kekuatan ekonomi perantau. Posisi sosial ekonomi yang baik di negara-negara perantauan telah memungkinkan mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan pergaulan di kalangan atas.Kedekatan pengusaha dan penguasa semakin mengokohkan pengaruh pengusaha Yahudi. Apalagi, bila pengaruh itu berwujud di negara adidaya seperti Amerika Serikat.
Realita inilah yang sering kali merefleksikan citra dominannya kekuatan ekonomi kaum Yahudi di seluruh dunia. Citra inilah yang tertanam dalam persepsi kita akan kehebatan ekonomi kaum Yahudi. Bahkan, jauh lebih hebat dan menakutkan daripada kekuatan yang sebenarnya.
Persepsi inilah yang sering kali menghantui dan mengerdilkan ekonomi umat Islam. Sering kali bayangan jauh lebih besar dari aslinya, dan bayangan inilah yang menghantui dan mengerdilkan ekonomi umat Islam. Kehebatan ekonomi kaum Yahudi menjelma menjadi mitos.
Ketika Hizbullah pimpinan Hasan Nasrallah mampu bertahan dan mengejutkan Israel dengan kegigihan perlawanannya di Lebanon, pupuslah mitos kedigdayaan militer Israel yang selama puluhan tahun menghantui negara-negara Arab. Israel tiba-tiba saja kehilangan power to deterrent (kekuatan menggertak) negara-negara Arab dengan kekuatan militernya.
Begitu pula dengan rontoknya ekonomi Amerika Serikat...