Kamis 27 May 2021 21:55 WIB

Pasien Covid-19 di Griya Melati Bubulak Jadi 85 Orang

Hari ini ada tambahan 15 warga terpapar covid-19.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga disemprot disinfektan saat keluar dari Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021). Pemerintah Kota Bogor menetapkan kasus COVID-19 di perumahan tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Warga disemprot disinfektan saat keluar dari Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021). Pemerintah Kota Bogor menetapkan kasus COVID-19 di perumahan tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Terpaparnya warga Perumahan Griya Melati Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor masih menjadi perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Tercatat, hari ini, Kamis (27/5), jumlah warga yang terpapar menjadi 85 orang.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim memaparkan, pada hari sebelumnya, jumlah warga perumahan tersebut yang terkonfirmasi positif terdapat 70 orang. Pagi ini, Satgas Covid-19 Kota Bogor menerima laporan penambahan kasus Covid-19 sebanyak 19 orang.

Baca Juga

“Griya Melati kita perhatikan karena memang ini masuk kategori yang luar biasa. Di sebuah kelompok masyarakat di perumahan ada jumlah kasus yang luar biasa besar. Hari ini dari hasil swab test bertambah lagi. Kemarin 70, tadi pagi 15, total 85 orang,” kata Dedie, Kamis (27/5).

Dedie mengatakan, sebagian besar warga Perumahan Griya Melati sudah dipindahkan ke pusat isolasi milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor di Pusdiklat BPKP Ciawi, Kabupaten Bogor. Sedangkan sisanya masih dilakukan observasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor.

Sementara itu, berdasarkan data yang dipaparkan Dinkes Kota Bogor, dari kapasitas 100 tempat tidur yang ada di Pusdiklatwas BPKP, saat ini sudah terisi 71 persen atau sebanyak 71 tempat tidur. Dedie berharap, tidak ada lagi penambahan kasus di Griya Melati dan di Kota Bogor utamanya.

“Makanya kita selalu mengingatkan kepada masyarakat tetap dalam kondisi seperti ini displin. Protokol kesehatan itu harus ditegakkan, nggak ada pilihan lain. Karena kalau kemudian beranjak terus jumlah Covid hariannya kita mengkhawatirkan kembali ke zona merah,” tuturnya.

Menanggapi terus meningkatnya ketersediaan tempat tidur di pusat isolasi Pusdiklatwas BPKP, Dedie mengaku hingga daat ini Pemkot Bogor belum berencana mengoperasikan kembali Rumah Sakit Lapangan. Sebab, BOR di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bogor terpantau masih rendah, yakni di angka 16 persen.

Dedie mengatakan, jika tempat tidur di Pusdiklatwas BPKP penuh, kemungkinan jika ada penambahan pasien akan dialihkan ke rumah sakit rujukan Covid-19. Atau dialihkan ke pusat isolasi milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor di Kemang, Kabupaten Bogor.

“Atau tadi saya bicara dengan Ibu Bupati Bogor, pusat isolasi di Kemang bisa menampung apabila terjadi ledakan di Kota Bogor. Sudah kita bicarakan secara tidak resmi dan beliau dapat menampung (pasien) dari Kota Bogor,” ujarnya.

Meski demikian, Dedie menuturkan saat ini Pemkot Bogor masih menunggu hasil dari whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sebab, dikhawatirkan terdapat varian baru Covid-19 seperti di India.

“Kemudian nanti mungkin kementerian juga menyiapkan obat-obatan yang sesuai dengan jenis virus yang ini, tapi kita sedang menunggu WGS dari Kemenkes,” kata Dedie.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement