Sabtu 29 May 2021 14:44 WIB

Survei: Warga AS Makin Bersimpati Terhadap Palestina

Demokrat memperlihatkan 51 persen tingkat simpati terhadap warga Palestina.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Survei: Warga AS Makin Bersimpati Terhadap Palestina. Seorang anak mengibarkan bendera Palestina disamping reruntuhan gedung Al Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.  Sejumlah media internasional menempati gedung Al-Jalaa termasuk kantor berita Associated Press yang telah berkantor disana selama 15 tahun.
Foto: AP/John Minchillo
Survei: Warga AS Makin Bersimpati Terhadap Palestina. Seorang anak mengibarkan bendera Palestina disamping reruntuhan gedung Al Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat. Sejumlah media internasional menempati gedung Al-Jalaa termasuk kantor berita Associated Press yang telah berkantor disana selama 15 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Amerika menjadi semakin bersimpati terhadap warga Palestina. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Arab American Institute melalui Zoom pada Kamis sore lalu. Diskusi virtual ini diikuti oleh para pakar yang menimbang makna temuan-temuan ini. 

"Waktu telah berubah. Itulah hasil menemukan sikap orang Amerika terhadap konflik Israel-Palestina. Sebuah publik yang sampai saat ini konsisten mendukung Israel sekarang berubah pandangan di sejumlah daerah yang berkaitan dengan konflik," tulis hasil survei seperti dikutip Al Araby, Jumat (28/5).

Baca Juga

Berdasarkan survei, Demokrat memperlihatkan 51 persen tingkat simpati terhadap warga Palestina, sementara 46 persen mengatakan mereka memandang warga Israel dengan baik. Sementara itu, mayoritas warga Republik yang disurvei terus memandang sikap baik warga Israel dan warga palestina secara tidak baik.

Ini adalah pola untuk sebagian besar pertanyaan, dengan 63 persen dari mengatakan Demokrat mendukung bantuan bersyarat untuk Israel, dibandingkan dengan 40 persen dari orang Republik.

Sebanyak 58 persen warga Demokrat mengatakan boikot itu sah, sementara 40 persen warga Republik percaya demikian. Sebanyak 54 persen dari partai Demokrat mendukung kebijakan AS yang seimbang antara kedua belah pihak, sementara 34 persen pendukung republik mendukung kebijakan yang seimbang.

Namun, ketika menjawab pertanyaan yang lebih umum, partai Republik tampak lebih mendukung kesetaraan. Ketika ditanya apakah kedua komunitas harus sama dengan orang-orang dengan hak yang sama, 80 persen dari partai Demokrat setuju, dibandingkan dengan 67 persen dari partai Republik.

Untuk krisis terakhir, ketika ditanya apakah Israel setuju atau tidak setuju bahwa Israel memang benar dalam menyingkirkan warga palestina dari rumah mereka, 51 persen dari partai Demokrat tidak setuju.

Sedangkan para anggota Republik nyaris secara merata terbagi antara menyetujui, tidak setuju, dan tidak yakin. Secara umum, kecenderungan dalam opini publik bergerak menuju meningkatnya simpati dan solidaritas dengan warga Palestina.

Seorang aktivis dan konsultan Palestina Rania Batrice mengatakan kini para anggota kongres berbicara tentang ketidakseimbangan kekuasaan. Dia merasa ini sangat berbeda dari 15 tahun yang lalu.

James Zogby, yang mengemukakan temuan-temuan itu, menemukan dukungan pada warga Palestina menjadi lebih vokal, pendanaan kampanye pro-Israel menjadi kurang eksplisit. Pergeseran ini tampaknya tumbuh dan konsisten, seperti yang ditunjukkan survei yang sama terhadap masalah ini dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menunjukkan pemilihan progresif, yang sering berbicara menentang kebijakan AS tentang Israel bukan suatu kebetulan, melainkan menunjuk pada nilai-nilai konstituen mereka.

Salah satu tes pertama era baru ini, menurut Presiden Yayasan Perdamaian Timur Tengah adalah kampanye presiden 2016 oleh Bernie Sanders. Kampanye ini menunjukkan sumbangan skala kecil pada kampanye progresif tidak akan menjadi serangan terhadap calon.

Sejak itu, kampanye yang dikobarkan oleh sumbangan kecil meningkat, umumnya dianggap sebagai tanda gerakan akar rumput yang sebenarnya. Pada saat yang sama, kolumnis Peter Beinart dari Yayasan Perdamaian Timur Tengah mendapati media mainstream semakin responsif terhadap media sosial.

 

Namun, jelas ada tuntutan agar para politikus berbicara mewakili rakyat Palestina. Batrice melihat momen ini sebagai waktu membangun momentum.

"Gerakan akar rumput tidak dapat dipisahkan dari politikus," katanya. 

https://english.alaraby.co.uk/news/us-public-increasingly-sympathetic-palestinians-polls

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement