REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat kelompok lanjut usia (lansia) yang meninggal akibat infeksi Covid-19 hampir 50 persen. Oleh karena itu, Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) meminta masyarakat jangan takut membawa anggota keluarganya yang telah berusia lanjut untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
"Karena sejauh pelaksanaan vaksinasi Covid-19, kelompok lansia justru memiliki Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang sangat rendah," kata Ketua ITAGI Sri Rezeki S Hadinegoro seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/5).
Ia mengatakan, gejala yang dialami pascapenyuntikan sifatnya ringan dan mudah diatasi, sehingga para anak diimbau untuk tidak perlu khawatir orang tuanya divaksin. Manfaat vaksinasi, kata dia, jauh lebih besar dibandingkan risikonya.
Menurut Sri, efek samping kedua vaksin, yakni Sinovac maupun AstraZeneca, cukup ringan. Dia menyebut tidak ada yang masuk rumah sakit (RS) atau sampai meninggal dunia. "KIPI pada lansia ini justru sangat-sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda,” katanya.
Sebagai salah satu pihak yang ikut terlibat dalam penentuan jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi nasional, Sri menegaskan, pemerintah tentunya akan menyediakan vaksin Covid-19 yang aman, bermutu, dan berkhasiat untuk melindungi seluruh masyarakat.
Hal senada disampaikan Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari. Dia mengatakan, kesadaran masyarakat lansia cukup baik karena mengetahui masuk dalam kelompok rentan. Namun, sayangnya terkadang justru dari pihak keluarga yang tidak mengizinkan lansia untuk divaksinasi.
"Karena ternyata (keluarga) memperoleh informasi yang kurang tepat atau pihak yang tidak berwenang terkait imunisasi atau vaksinasi," ujarnya.
Sebagai lansia, Hindra mengaku telah menerima vaksin dua dosis. Padahal, ia memiliki gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol juga sempat tinggi, hingga asam urat. "Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi, jadi jangan ragu-ragu," katanya.
Menurutnya, meski memiliki penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Sebab, dia melanjutkan, divaksin lebih baik daripada tidak divaksin. "Jika ada KIPI mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauh lebih besar maka sama-sama kita divaksin," katanya.
Dia juga menjamin, vaksin aman bagi masyarakat. Komnas KIPI pun terus memantau, mengkaji, merekomendasikan apakah vaksin itu aman atau tidak bagi masyarakat. Kalau aman, pihaknya rekomendasikan untuk program vaksinasi nasional. Dan itu dipantau dan dikaji setiap hari. "Kalau ada perubahan, kami buat rekomendasi baru," kata Hindra.
Hindra menambahkan, jika ada laporan terkait KIPI maka ada dua hal yang dilakukan Komnas KIPI. Pertama, mengecek berapa lama ketika diberikan vaksin hingga ada gejala. Kedua, apakah ada penyakit lain yang menyebabkan gejala dan bukan berasal dari vaksin.
"Kalau gejala lebih dua hari laporkan saja nanti gejala itu diinvestigasi, dianalisis, dan dikaji. Apapun keluhannya silakan lapor, kita justru mengharapkan laporan," ujarnya.