Kamis 03 Jun 2021 13:22 WIB

Garuda Indonesia Diminta Maksimal Renegosiasi dengan Lessor

Negara juga harus membantu menjamin upaya restrukturisasi Garuda Indonesia.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat Garuda Indonesia memasuki area apron saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat (9/4/2021). Serikat Karyawan Garuda  (Sekarga) meminta internal perusahaan dapat melakukan renegosiasi dengan lessor dan kreditor secara maksimal.
Foto: AMPELSA/ANTARA FOTO
Pesawat Garuda Indonesia memasuki area apron saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat (9/4/2021). Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) meminta internal perusahaan dapat melakukan renegosiasi dengan lessor dan kreditor secara maksimal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian Serikat Karyawan Garuda  (Sekarga) Tomy Tampatty meminta internal perusahaan dapat melakukan renegosiasi dengan lessor dan creditor secara maksimal. Hal tersebut tertuang dalam opsi penyelamatan Garuda Indonesia versi Sekretariat Bersama Karyawan Garuda. 

"Hal ini (renegosiasi yang maksimal) karena menyangkut alat produksi atau pesawat," kata Tomy, kemarin. 

Baca Juga

Tak hanya itu, Tomy menegaskan, negara juga harus membantu menjamin semua upaya Garuda Indonesia, khususnya dalam melakukan restrukturisasi dan renegosiasi dengan lessor, creditor, dan vendor. 

Tomy mengatakan, internal Garuda Indonesia juga harus melakukan pembenahan internal. "Di antaranya mengevaluasi semua kontrak dengan pihak vendor untuk kepeningan efisiensi," ujar Tomy. 

Dia menambahkan, Garuda Indonesia juga harus melakukan upaya maksimal dalam pengelolaan potensi revenue. Khususnya dari lini bisnis kargo, pengelolaan gudang kargo, charter flight, corporate account, dan pendapatan lainnya. 

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah tidak hanya menyiapkan empat opsi strategi dalam menyelamatkan Garuda. Erick mengatakan, manajemen Garuda saat ini juga terus melakukan negosiasi ulang dengan lessor. 

"Ingat, ada dua kategori lessor, lessor yang sudah terbukti kerja sama dengan direksi Garuda yang melakukan tindak pidana korupsi, tapi ada juga lessor yang baik. Ketika kita lakukan kerja sama tanpa feedback, tapi itu pun dengan kondisi hari ini kemahalan, jadi kita negosiasi ulang," ungkap Erick.

Erick mengaku bersyukur dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat menopang Garuda dalam kondisi saat ini. Erick mengatakan, Indonesia memiliki pasar domestik yang besar bagi industri penerbangan mengingat sebagai negara kepulauan.

Hal tersebu, menurut dia, berbeda dengan negara-negara lain, seperti Singapura dan UEA, yang amat bergantung pada pasar penerbangan internasional. "Alhamdulillah, Indonesia negara kepulauan, jadi tidak mungkin orang menuju satu pulau ke pulau lain pakai kereta. Opsinya cuma dua, kapal laut atau penerbangan," tutur Erick.

Oleh karena itu, Erick mengaku sudah meminta manajemen Garuda untuk memfokuskan diri pada pasar domestik ketimbang penerbangan internasional. Garuda, kata Erick, harus memperbaiki model bisnis ke depan pascapandemi. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement