Kamis 03 Jun 2021 20:03 WIB

Papan Pengumuman Rasis Mulai Dipasang di Sekitar Masjid

Papan Pengumuman Rasis Mulai Dipasang Di Sekitar Masjid-Masjid Austria

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Papan Pengumuman Rasis Mulai Dipasang di Sekitar Masjid. Foto: Masjid di Austria.
Foto: RT Room
Papan Pengumuman Rasis Mulai Dipasang di Sekitar Masjid. Foto: Masjid di Austria.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA—Sebuah papan bertuliskan kata-kata rasis dipasang di dekat masjid-masjid di ibukota Austria, Wina. Papan itu menampilkan peringatan dengan bahasa Jerman, yang jika diartikan, “Perhatian: Politik Islam sudah dekat. Lihat Peta Islam untuk info lebih lanjut” dilengkapi gambar seorang pria berjanggut dan kopiah.  

Papan pengumuman rasis itu bermunculan setelah Austria meluncurkan ‘peta Islam’ yang kontroversial. Kementerian Integrasi Austria meresmikan situs internet itu pekan lalu, dimana setiap orang dapat mengakses nama dan lokasi lebih dari 620 masjid, lembaga dan pejabat Muslim di seluruh Austria dalam satu website.

Baca Juga

Menurut sebuah pernyataan oleh Otoritas Agama Islam di Austria (IGGIO) pada hari Rabu, papan-papan tersebut mengekspos banyak masjid untuk diserang. “Peta Islam, membagikan informasi rinci tentang Muslim di negara itu dan institusi mereka, harus dibatalkan sebelum menyebabkan lebih banyak provokasi dan bahaya,” kata IGGIO dalam pernyataan yang dikutip di TRT World, Kamis (3/6).

Di sisi lain, berbagai media di negara itu melaporkan bahwa papan nama anti-Islam mungkin telah didirikan oleh kelompok rasis "Identitarian," yang mengadvokasi ideologi politik sayap kanan nasionalis pan-Eropa. Banyak Muslim merasa distigmatisasi dan keamanan mereka terancam oleh publikasi alamat dan rincian lainnya di tengah berkembangnya Islamofobia di Austria.

Muslim Austria sangat kecewa atas upaya yang sedang berlangsung oleh Kanselir Sebastian Kurz untuk memperalat Islam demi agenda sayap kanannya. Menteri Integrasi Austria Susanne Raab juga membela "peta Islam" yang diperdebatkan di tengah meningkatnya kritik di dalam komunitas Muslim negara itu.

"Ini sama sekali bukan kecurigaan umum terhadap Muslim. Ini tentang perjuangan bersama melawan Islam politik sebagai tempat berkembang biaknya ekstremisme," kata Raab kepada surat kabar WELT Jerman.

Komunitas Agama Islam di Austria, yang mewakili kepentingan sekitar 800.000 Muslim di Austria, memperingatkan agar tidak menstigmatisasi semua Muslim yang tinggal di negara itu sebagai potensi bahaya bagi masyarakat dan tatanan hukum demokratis di negara itu. Dewan Pusat Muslim Jerman juga dengan tajam mengkritik pemerintah Austria karena meluncurkan "peta Islam" digital yang kontroversial, menyebutnya "tidak bertanggung jawab".

"Dengan teriakan perang seperti 'Islam Politik' dan tindakan semacam itu, rasis anti-Muslim dan ekstremis agama akan diperkuat pada saat yang sama, sementara jutaan Muslim dicurigai secara umum," kata Dewan Pusat Muslim Jerman, Aiman ​​Mazyek.

"Yang kalah dari tindakan tidak bertanggung jawab seperti itu adalah demokrasi dan nilai-nilai masyarakat bebas kita di Eropa," tambahnya.

Seorang ilmuwan politik terkemuka Austria, Prof. Heinz Gaertner, dari Universitas Wina mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa peta ini “diskriminatif” terhadap Muslim. Gaertner memperingatkan tentang apa yang disebutnya "keadilan waspada" terhadap Muslim di Austria.

“Hanya masalah waktu sebelum akan ada serangan kekerasan terhadap institusi Islam,” katanya.

“Pelabelan publik terhadap kelompok tertentu seperti itu selalu menjadi awal dan dasar penghinaan, bahkan penganiayaan,” tambah Gaertner.

Sementara itu, Partai Persatuan Demokratik Kristen (CDU) Jerman yang dipimpin Kanselir Angela Merkel menyatakan dukungannya atas inisiatif yang disengketakan dari pemerintah Austria.

"Kami tidak membutuhkan kemarahan buatan tentang peta politik Islam Austria. Kami membutuhkan debat serius tentang bagaimana menangani ekstremisme Islam di Jerman," tegas Thomas Strobl, menteri dalam negeri negara bagian Baden-Wurttemberg selatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement