REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana harian (Plh) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono mengatakan, alam adalah sumber berkelanjutan dari molekul aktif biologi. Produk alami dari tumbuhan, organisme darat dan laut, serta mikroorganisme darat dan laut merupakan sumber kandidat obat terkaya.
Saat ini, lebih dari 40 persen obat yang digunakan secara klinis berasa dari alam. "Potensi bahan alam sebagai bahan baku produk kesehatan, bioteknologi, dan manajemen penyakit perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kapasitas industri bidang farmasi dan kesehatan," kata Agus, dalam keterangannya, Kamis (3/6).
Sebagai salah satu negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Indonesia melalui LIPI turut aktif dalam penelitian dan pengembangan berbagai bahan alam sebagai kandidat obat herbal, salah satunya immunomodulator. Dirinya menyebutkan, suplemen tersebut merupakan peningkat kekebalan tubuh yang berasal dari jahe merah, cordyceps, sambiloto, meniran dan daun sembung.
"Temuan yang berasal dari tanaman asli Indonesia ini membuktikan bahwa bahan alam dapat berkhasiat obat dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi virus. Suplemen ini telah lolos uji klinis di Rumah Sakit Gawat Darurat Covid-19, Wisma Atlet Kemayoran," kata dia menambahkan.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti mengatakan, kolaborasi produktif antarnegara penting dalam hal ini. LIPI mendorong penelitian bersama negara anggota OKI khususnya, untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait produk alam dan obat-obatan tropis. Obat-obatan yang dikembangkan tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengobati penyakit menular dan tidak menular.
"Melalui kolaborasi penelitian bahan alam ini diharapkan dapat memenuhi aspek validitas ilmiah dan data empiris terhadap pemanfaatan yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong daya saing industri farmasi dan kesehatan," kata Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Yenny Meliana.