REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan meluncurkan kapal riset bekantan guna mendukung operasional penelitian mahasiswa dan dosen di kawasan lahan basah.
"Kapal riset dirancang khusus untuk menjelajah di kawasan mangrove dan sungai-sungai kecil serta dilengkapi perlengkapan penelitian," kata Wakil Rektor I Bidang Akademik ULM Dr Aminuddin Prahatama Putra saat meluncurkan kapal riset "Green Belt 10" di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Ahad (6/6).
Ia berharap hadirnya kapal riset tersebut dapat melengkapi fasilitas Stasiun Riset Bekantan dan memberikan sumbangsih besar pada penelitian di bidang lahan basah.
"Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Pertamina yang turut berkontribusi dalam pengembangan fasilitas riset ini," ucap Aminuddin mewakili Rektor ULM Prof Sutarto Hadi.
Sementara Amalia Rezeki selaku founder Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) pengelola Stasiun Riset Bekantan mengatakan kapal riset berjenis kapal cepat dengan mesin 40 PK dirancang dapat menjelajah hutan bakau rambai serta sungai-sungai kecil yang banyak terdapat di sekitar Pulau Curiak. Kapal berkapasitas enam orang serta dilengkapi perlengkapan laboratorium dan peralatan penelitian lainnya seperti mikroskop, thermometer, luxmeter, refraktometer, anemometer, higrometer dan plankton-net. Terdapat juga ruang kuliah alternatif melalui media konferensi secara daring.
Seperti diketahui, SBI foundation telah enam tahun lebih bekerja sama dengan ULM di bidang Tridharma Perguruan Tinggi. Sejak 2018 SBI bersama ULM membangun Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak untuk melestarikan bekantan sebagai maskot fauna Kalimantan Selatan terhadap degradasi populasi, terutama di luar kawasan konservasi.
"Kami ingin menjadikan Kalimantan Selatan sebagai destinasi ekowisata bekantan dunia untuk menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia," tutur Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.