Rabu 09 Jun 2021 14:10 WIB

PGN Resmikan Jumperline dan Pipa Interkoneksi Tambak Lorok

Peresmian Jumperline Tambak Lorok untuk optimasi infrastruktur gas bumi Jawa Tengah

PGN meresmikan Jumperline Tambak Lorok secara simbolis dengan prosesi pemotongan pita. Peresmian dipimpin oleh Direktur Utama PGN M. Haryo Yunianto diDampingi oleh Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro dan Direktur Teknik dan Operasi Pertagas Rosa Permata Sari. Pipa ini ini ditujukan untuk fleksibilitas dan kehandalan infrastruktur serta pasokan untuk optimasi pemanfaatan gas domestik khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Foto: PGN
PGN meresmikan Jumperline Tambak Lorok secara simbolis dengan prosesi pemotongan pita. Peresmian dipimpin oleh Direktur Utama PGN M. Haryo Yunianto diDampingi oleh Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro dan Direktur Teknik dan Operasi Pertagas Rosa Permata Sari. Pipa ini ini ditujukan untuk fleksibilitas dan kehandalan infrastruktur serta pasokan untuk optimasi pemanfaatan gas domestik khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai Subholding Gas dan bagian dari Holding Migas Pertamina berkomitmen menyediakan fleksibilitas, kehandalan dan optimasi infrastruktur gas bumi di Jawa Tengah.

Oleh karena itu, PGN meresmikan Jumperline Tambak Lorok dari Pipa Transmisi Offshore KJG hingga Pipa Interkoneksi Tambak Rejo Tambak Lorok (TRTL). Hal ini guna memenuhi kebutuhan gas Jawa Tengah yang cukup besar.

Direktur Utama PGN, M Haryo Yunianto mengungakpan bahwa jumperline atau pipa jumper sepanjang 50 meter ini akan mengalirkan gas dari Lapangan Kepodang dengan estimasi gas sekitar 10 sampai 20 BBTUD. 

“Adanya jumperline pipa dapat meningkatkan kehandalan dan fleksibilitas infrastruktur termasuk memudahkan PGN untuk memperluas jangkauan pemanfaatan gas bumi ke seluruh sektor selain sektor kelistrikan seperti ke sektor industri, komersial, rumah tangga, dan transportasi di Jawa Tengah. Jumperline juga sangat strategis bagi kehandalan pasokan gas multi source dan optimalisasi pemanfaatan gas domestik khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Haryo, (9/6).

Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz menambahkan, pipa jumper juga dapat menyalurkan gas dari Lapangan Kepodang ke mother station CNG Semarang yang dapat dimanfaatkan untuk melayani pelanggan diluar jangkauan pipa. PGN bersama Pertagas Niaga akan berniaga gas melalui Mother Station sebesar ± 3 BBTUD untuk menjangkau wilayah-wilayah baru untuk menumbuhkan titik-titik ekonomi baru di Jawa Tengah dan sekitarnya.

“Demand gas di wilayah Semarang sangat potensial sehingga adanya pipa jumper dapat memenuhi kebutuhan gas di Tambak Aji. Selain itu, gas dapat disalurkan ke SPBG Kaligawe sekitar 1 (satu) BBTUD, di mana 70 persen untuk armada Trans Semarang kurang lebih 200 unit dan 30 persen untuk retail,” papar Faris.

Pemerintah Kota Semarang merealisasikan konversi bahan bakar solar ke gas (CNG) pada Bus Rapid Transit (BRT) Trans semarang pada tahun 2019 lalu. Konversi dari solar ke gas menggunakan sistem retrofit, yakni menggunakan gas dan solar di mana solar digunakan sebagai cadangan. Dengan menggunakan gas, emisi kendaraan lebih rendah dan ramah lingkungan. Selain itu, biaya operasional lebih hemat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement