REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Sardjono Jhony Tjitrokusumo, membantah perusahaannya menggunakan ban vulkanisir pada armadanya. Namun ia mengakui ban armada yang sempat ramai diperbincangkan di sosial media itu memang dipindah dari bus yang sudah tidak beroperasi tetapi ban tersebut masih layak digunakan.
"Tidak ada Transjakarta pakai vulkanisir, jadi kita sudah sampaikan," kata Sardjono, kepada wartawan, Rabu (9/6).
Ban vulkanisir adalah ban bekas yang dilapisi ulang dengan ketebalan tertentu dan dijual lagi. Biasanya ban vulkanisir banyak digunakan kendaraan-kendaraan komersial seperti bus dan truk, tetapi jarang digunakan kendaraan kecil atau penumpang.
"Kalau bicara keselamatan mau di udara, laut ataupun darat," kata Sardjono melanjutkan, "yang kita bicarakan adalah kelaikan. Apakah barang ini masih laik atau ga. Jadi apa pun yang terkait dengan safety pasti kita utamakan."
Sebelumnya, beredar kabar kalau bus Transjakarta menggunakan ban jenis vulkanisir atau bekas pascamengalami kerusakan di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, pada Kamis, (3/6) lalu. Jhony mengakui telah terjadi kerusakan pada bus milik swakelola Transjakarta dengan nomor body TJ217 rute PGC-Harmoni. Namun, itu hanya pecah ban.
"Nah itu ada laporannya, lengkap dari investigasi. Bus disuruh jalan, ban gembos disuruh jalan. Lalu terkupas, terkoyak difoto orang, lalu dibilang vulkanisir," kata dia menerangkan.
Menurut dia, situasi ini bisa terjadi pada ban jenis apa pun, termasuk ban asli. Ban yang diproduksi pada 2016 ini pun diklaim masih dalam keadaan baik. Bahkan, bus terakhir kali melakukan uji KIR pada 9 Februari 2021 dan lulus.