Sabtu 12 Jun 2021 04:55 WIB

Risiko Diabetes Lebih Tinggi pada Anak Kegemukan

Balita yang kegemukan atau obesitas dapat mengalami peningkatan resistensi insulin.

Red: Ani Nursalikah
Risiko Diabetes Lebih Tinggi pada Anak Kegemukan
Foto: newsmild.com
Risiko Diabetes Lebih Tinggi pada Anak Kegemukan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak kecil bertubuh gemuk memang kadang terlihat lebih menggemaskan, namun para orang tua perlu lebih berhati-hati bila bobot tubuh anak sudah berada jauh di atas ambang batas kurva tumbuh kembang alias kegemukan.

"Balita yang kegemukan atau obesitas dapat mengalami peningkatan resistensi insulin sehingga membutuhkan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar gula darahnya," kata spesialis gizi dari RSIA Melinda Bandung Johanes Chandrawinata, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Johanes menjelaskan ketika produksi insulin meningkat, maka sel-sel beta pankreas penghasil insulin akan dipacu berlebihan memproduksi insulin. Konsekuensinya, sel beta bisa rusak sehingga lama-kelamaan produksi insulin menurun sehingga muncul diabetes tipe 2.

"Tingginya kadar insulin dapat diperiksa di laboratorium dengan hasil dibandingkan terhadap usia dan jenis kelamin yang sesuai," ujar Johanes.

Namun secara klinis, tingginya kadar insulin dalam tubuh anak obesitas bisa dilihat dari garis hitam pada lipatan leher yang disebut sebagai pseudo acanthosis nigricans. Johanes kemudian menambahkan pada umumnya gejala diabetes pada orang dewasa sama seperti pada anak-anak.

Ada beberapa gejala khas diabetes, yaitu sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil. Pada beberapa kasus, berat badan penderita diabetes mengalami penurunan tanpa sebab walaupun sudah banyak makan.

Pada anak-anak, hal ini tentu akan mengganggu proses tumbuh kembang. Sebagai pencegahan, Johanes menganjurkan  anak usia dua tahun ke atas mengonsumsi makanan sehat yang sama seperti orang dewasa.

"Kurangi asupan gula dan garam yang berlebihan, hindari minuman dengan kadar gula tinggi seperti sari buah kemasan. Buah sebaiknya dimakan dalam bentuk potongan untuk dikunyah," ujar Johanes.

Garam juga dianjurkan sesedikit mungkin digunakan dalam makanan balita agar tidak mengondisikan balita untuk suka dengan makanan asin. Asupan garam seharusnya dibatasi maksimal lima gram per hari atau satu sendok peres pada orang dewasa. Pada balita tentunya semakin sedikit garam semakin baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement