Sabtu 12 Jun 2021 15:41 WIB

G7 Saingi China, Siapkan Program Infrastruktur Global

China telah meluncurkan program belt and road yang terbentang dari Asia ke Eropa.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin G7 berpose untuk foto bersama menghadap pantai di Carbis Bay Hotel di Carbis Bay, St. Ives, Cornwall, Inggris, Jumat, 11 Juni 2021. Pemimpin dari kiri, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky, Pool
Pemimpin G7 berpose untuk foto bersama menghadap pantai di Carbis Bay Hotel di Carbis Bay, St. Ives, Cornwall, Inggris, Jumat, 11 Juni 2021. Pemimpin dari kiri, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) akan mengumumkan rencana infrastruktur global baru pada Sabtu (12/6). Langkah ini sebagai tanggapan terhadap program belt and road intiative  (BRI) milik China.

Pejabat pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, negara itu juga akan mendorong para pemimpin G7 lainnya untuk bertindak nyata terhadap kerja paksa di China. Washington akan memasukkan kritik terhadap Beijing dalam komunike terakhir G7.

Baca Juga

"Ini bukan hanya tentang menghadapi atau melawan China. Namun, sampai sekarang kami belum menawarkan alternatif positif yang mencerminkan nilai-nilai kami, standar kami dan cara kami melakukan bisnis," kata pejabat itu.

Pada Maret, Biden mengatakan telah menyarankan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin G7  bahwa negara-negara demokratis harus mengembangkan skema saingan masing-masing. Pejabat AS mengatakan sampai sekarang, Barat telah gagal menawarkan alternatif positif untuk melawan China.

Padahal program China dinilai kurangnya transparansi, minim standar lingkungan, dan tenaga kerja yang buruk, dan pendekatan paksaan. "Jadi besok kami akan mengumumkan 'membangun kembali dengan lebih baik untuk dunia,' sebuah inisiatif infrastruktur global baru yang ambisius dengan mitra G7 kami yang tidak hanya menjadi alternatif untuk B dan I (Belt and Road)," kata pejabat itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement