Senin 14 Jun 2021 09:33 WIB

Dubes Apresiasi Pementasan Gamelan Jepang Lambangsari

Lambangsari yang didirikan sejak 1985 ini beranggotakan 17 orang Jepang

Dubes RI untuk Jepang Heri Akhmadi berikan sambutan ditengah pementasan wayang kulit Ki Dalang Rofit Ibrahim dengan iringan grup Gamelan Jepang Lambangsari di Tokyo Sabtu (12/6).
Foto: KBRI Tokyo
Dubes RI untuk Jepang Heri Akhmadi berikan sambutan ditengah pementasan wayang kulit Ki Dalang Rofit Ibrahim dengan iringan grup Gamelan Jepang Lambangsari di Tokyo Sabtu (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditengah pandemi Covid-19, grup Gamelan Jawa asal Jepang, Lambangsari, melakukan pementasan wayang kulit di Tokyo, Sabtu malam (12/6), dengan disaksikan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes R) untuk Jepang Heri Akhmadi dan ibu Nuning Akhmadi. Pementasan digelar dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Dubes Heri Akhmadi mengatakan, grup Gamelan Lambangsari telah berkontribusi dalam memajukan seni budaya Indonesia di Jepang. Ia percaya persahabatan dua bangsa tidak hanya penting di tingkat Pemerintahan, tetapi juga di tingkat masyarakat.

"Saya apresiasi grup Lambangsari yang bertahun-tahun mempromosikan kesenian gamelan dan wayang ini di Jepang," ujar Dubes Heri Akhmadi yang berkesempatan menyerahkan piagam penghargaan kepada grup Lambangsari usai pementasan, dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/6).

Pimpinan Lambangsari, Kayo Kimura menjelaskan, Lambangsari yang didirikan sejak 1985 ini beranggotakan 17 orang Jepang. Selain aktif menggelar pementasan, Lambangsari juga mengajarkan musik Gamelan Jawa kepada masyarakat Jepang.

"Saya mengajar karawitan Jawa di Tokyo. Murid-murid saya yang berjumlah 50 anak senang sekali belajar gamelan. Studio Lambangsari kami ada di Simbashi. Disitu ada 30 murid saya. Saya suka gamelan karena disitu kita harus main bersama-sama," kata Kayo Kimura. 

Dubes Heri Akhmadi juga mengapresiasi penampilan Ki Dalang Rofit Ibrahim yang tampil memukau 140 orang warga Jepang dalam pementasan wayang kulit berbahasa Jepang dengan lakon 'Sumantri dan Sukrosono'. "Malam ini saya surprised. Ada seniman Indonesia yang tinggal di Jepang dan mampu menampilkan cerita yg sangat mengesankan dan direspon secara baik oleh publik Jepang. Semoga ini menjadi awal yang lebih baik. Kita akan support," kata Dubes Heri Akhmadi.

Ki Dalang Rofit Ibharim (34 tahun) dan istrinya Hiromi Sasako yang tinggal di Jepang sejak 16 tahun lalu, konsisten mempromosikan gamelan khas Jawa dan seni pewayangan. Pemuda lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2004 ini membentuk kelompok gamelan Hanna Jos dan mendirikan Bintang Laras, sekolah musik gamelan di rumahnya, setelah melihat tingginya antusias masyarakat Jepang akan budaya asal Jawa itu.

"Sejak kecil saya menyenangi kesenian karawitan Jawa. Bersama istri, saya keliling Jepang untuk mengajar. Belakangan ini saya kembangkan mendalang bahasa Jepang menggunakan tutur Jawa. Dengan begitu orang Jepang bisa lebih tertarik belajar seni karawitan" tutur Ki Dalang Rofit Ibharim. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement