REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berharap untuk membuka babak baru dalam hubungan transatlantik dalam pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (14/6). NATO setuju untuk fokus pada penanganan perubahan iklim untuk pertama kalinya serta menghadapi kebangkitan militer China.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, menyatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) nanti menjadi momen penting. Pertemuan itu bertujuan untuk membalik halaman pada empat tahun yang menegangkan dengan pendahulu Biden, Donald Trump.
Momen terpenting dari KTT NATO saat ini adalah mendengar Biden berkomitmen kembali untuk pertahanan kolektif NATO setelah era Trump. Retorika konfrontatif Trump terhadap sekutu dari 2017 hingga 2019 di KTT NATO menciptakan kesan krisis.
Untuk pertemuan 30 sekutu di Brussels, para diplomat mengatakan, aliansi bersenjata nuklir yang didirikan pada 1949 ini mencoba membantu menghadapi ancaman dari cuaca ekstrem yang dapat memperburuk konflik hingga upaya Rusia melemahkan demokrasi Barat melalui serangan rahasia.
"NATO berutang kepada miliaran orang yang kita jaga keamanannya setiap hari untuk terus beradaptasi dan berevolusi untuk menghadapi tantangan baru dan menghadapi ancaman yang muncul," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menjamu Biden dan para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) lainnya di Cornwall, Inggris.
Upaya Rusia untuk memecah belah Barat kemungkinan akan menjadi pembahasan menjelang pertemuan antara Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada sehari berikutnya di Jenewa. Sejak pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014, NATO telah memodernisasi pertahanannya tetapi tetap rentan terhadap serangan dunia maya dan disinformasi, meskipun Moskow menyangkal segala upaya untuk mengacaukan sekutu NATO.
"Ancaman dunia maya dapat muncul kapan saja selama krisis dan memicu kesalahpahaman dan sinyal yang tidak diinginkan ... yang dapat memicu perang," kata kelompok peneliti Jaringan Kepemimpinan Eropa (ELN) dalam sebuah makalah yang dirilis untuk KTT itu.
Selain itu, kehadiran militer dan ekonomi China yang berkembang di Atlantik, termasuk latihan militer bersama dengan Rusia, akan mendorong tanggapan yang kuat dari para pemimpin