Selasa 22 Jun 2021 18:09 WIB

Soal Muslim Uighur, Imran Khan: China Teman Terbaik Kami

Imran Khan membantah China lakukan penindasan Muslim Uighur

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, membantah China lakukan penindasan Muslim Uighur
Foto: AP/Rahmat Gul
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, membantah China lakukan penindasan Muslim Uighur

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan  menolak untuk mengutuk dan mengakui penindasan dan penyiksaan yang dihadapi komunitas Muslim Uighur di China. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah wawancara dengan situs berita Amerika Axios. 

Saat ditanya mengapa dia diam tentang masalah ini meskipun vokal tentang Islamofobia di Amerika Serikat dan Eropa? Imran Khan mengatakan dia fokus pada insiden di dalam negaranya dan di perbatasannya. Sebagai tanggapan, wartawan mengingatkannya, “Ini di perbatasan Anda”. 

Baca Juga

"Saya tidak yakin itu yang terjadi di China. Dalam percakapan kami dengan China, mereka telah mengambil gambaran yang berbeda tentang masalah ini. Dan masalah apa pun yang kami miliki dengan orang China, kami akan selalu mendiskusikannya secara tertutup," lanjut Imran Khan berkata. 

Kelompok hak asasi manusia di seluruh dunia menuduh pihak berwenang di Xinjiang China menahan, menyiksa, dan secara paksa mensterilkan lebih dari satu juta Muslim Uighur di kamp-kamp. Orang Cina juga dituduh menghancurkan masjid.   

China telah membantah tuduhan itu dan mengatakan kamp-kamp itu adalah fasilitas pelatihan untuk memerangi ekstremisme agama. 

Imran Khan menyatakan bahwa China telah menjadi salah satu teman terbaik Pakistan selama masa-masa tersulit ketika benar-benar berjuang. Khan mengatakan China telah datang untuk menyelamatkan mereka dan, karenanya, dia sangat menghormati. 

"Saya melihat ke seluruh dunia dan hal-hal seperti itu terjadi di Palestina, Libya, Somalia, Suriah, Afghanistan, dan sebagainya. Apakah saya akan mulai membicarakan semuanya?” Dia bertanya. 

Tahun lalu, Imran Khan telah menulis surat kepada para pemimpin negara Muslim meminta mereka untuk bersatu melawan Islamofobia di Barat.  

“Setelah 9/11, istilah 'terorisme Islam' menjadi populer. Orang-orang di barat berpikir ada sesuatu dalam Islam yang mengarah pada terorisme. Setiap kali serangan teroris dengan seorang Muslim yang terlibat telah terjadi di seluruh dunia sejak 9/11, semua 1,3 miliar Muslim di dunia menjadi sasaran,” kata dia.

 

Sumber: indiatoday    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement