Rabu 23 Jun 2021 15:08 WIB

Varian Delta Jadi Ancaman Besar Penanganan Covid-19 di AS

Varian Delta menyumbang 20 persen kasus di AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci
Foto: EPA
Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan varian Covid-19 Delta yang pertama kali terdeteksi di India merupakan ancaman terbesar untuk mengendalikan pandemi di Amerika Serikat (AS). Saat ini, varian tersebut menyumbangkan 20 persen dari total kasus baru yang tercatat di sana.

 

Baca Juga

“Mirip dengan situasi di Inggris, varian Delta saat ini menjadi ancaman terbesar di AS terhadap upaya kami untuk menyisihkan Covid-19,” kata Fauci dalam pengarahan pers Gedung Putih pada Selasa (22/6).

 

Dia menjelaskan, penularan varian Delta tak diragukan lebih besar daripada tipe liar SARS-Cov-2 serta varian Alpha. Namun, Fauci bersyukur karena vaksin AS efektif melawan varian Delta. “Kesimpulannya, kami punya alatnya. Jadi mari kita gunakan dan hancurkan wabah ini,” ujar tokoh yang juga menjabat sebagai kepala the National Institutes of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).

 

Direktur U.S. Centers for Disease Control and Prevention Rochelle Paula Walensky turut menyampaikan tentang ancaman varian Delta. Dia menyebut varian itu mewakili hampir separuh dari semua infeksi. Namun sama seperti Fauci, Walensky menyebut bahwa vaksin yang dikembangkan di AS ampuh melawan Delta.

 

"Keefektifan vaksin, dalam hal ini, dua pekan setelah dosis kedua Pfizer-BioNTech dengan 88 persen efektif melawan Delta dan 93 persen efektif melawan Alpha ketika Anda berhadapan dengan penyakit simtomatik," kata Walensky.

Kendati demikian, dia memperingatkan varian Delta mewakili serangkaian mutasi yang dapat memicu mutasi di masa mendatang dan resistan terhadap vaksin. “Itulah mengapa lebih penting dari sebelumnya untuk divaksinasi sekarang guna menghentikan rantai infeksi, rantai mutasi yang dapat menyebabkan varian yang lebih berbahaya,” ujarnya.

 

Sejauh ini, AS masih menempati posisi pertama sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Ia sudah mencatatkan 33,5 juta kasus dengan korban meninggal mencapai 602 ribu jiwa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement