Kamis 01 Jul 2021 14:56 WIB

Gelombang Panas Tewaskan Ratusan Orang di AS dan Kanada

Jumlah kematian akibat hipertemia meningkat di AS dan Kanada

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Gelombang panas. Ilustrasi.
Foto: ABC
Gelombang panas. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER - Gelombang panas di Kanada bagian barat dan Barat Laut Amerika Serikat (AS) memecahkan rekor suhu tinggi sepanjang masa. Akibatnya jumlah kematian meningkat oleh karena cuaca yang semakin panas.

Negara bagian Oregon melaporkan 63 kematian terkait gelombang panas. Multnomah County, yang meliputi Portland, melaporkan 45 kematian sejak Jumat pekan lalu. Pemeriksa Medis county mengutip hipertermia sebagai penyebab awal dari kematian.

Baca Juga

Pada gelombang panas 2017 hingga 2019, pemerintah Oregon hanya mencatat 12 kematian akibat hipertermia. Kini, Otoritas Kesehatan Oregon mengatakan dalam beberapa hari terakhir ini rumah sakit melaporkan lonjakan ratusan kunjungan karena penyakit yang berhubungan dengan panas.

Di British Columbia, Kanada setidaknya 486 kematian mendadak dilaporkan selama lima hari. Jumlah itu hampir tiga kali lipat dari jumlah biasanya yang akan terjadi di provinsi tersebut selama periode itu. "Ini adalah krisis kesehatan sejati yang telah menggarisbawahi betapa mematikannya gelombang panas yang ekstrem," kata Petugas Kesehatan Kabupaten Multnomah Dr. Jennifer Vines dalam pernyataannya.

"Saat musim panas kita terus menjadi lebih hangat, saya menduga kita akan menghadapi peristiwa semacam ini lagi," ujarnya menambahkan.

Lytton, sebuah kota di British Columbia tengah, pekan ini memecahkan rekor suhu terpanas sepanjang masa Kanada tiga kali. Suhu berdiri di 49,6 derajat Celcius (121,28 derajat Fahrenheit) pada Selasa (29/6). Suhu tertinggi sebelumnya di Kanada, yang dikenal dengan musim dingin yang sangat dingin, adalah 45 derajat Celcius yang terjadi di Saskatchewan pada 1937.

Di Barat Laut AS, suhu di Washington dan Oregon melonjak jauh di atas 100F (38 derajat C) selama akhir pekan. Portland menetapkan tertinggi sepanjang masa beberapa hari berturut-turut termasuk 116F (47 derajat C) pada Ahad pekan lalu.

Di negara bagian Washington, di mana media juga melaporkan lonjakan rawat inap terkait panas, Chelan County di sebelah timur Seattle mencapai suhu 119F (48 derajat C) pada Selasa kemarin. Menurut ahli iklim senior di Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, David Phillips, kubah panas merupakan fenomena cuaca yang memerangkap panas dan menghalagi sistem cuaca lain untuk bergerak melemah saat bergerak ke timur tapi masih cukup kuat untuk memecahkan rekor dari Alberta ke Manitoba.

"Di beberapa tempat ini, rekor (suhu) mereka dimusnahkan. Ini benar-benar dahsyat dan belum pernah terjadi sebelumnya bagi kami," ujar Phillips.

Dia mengatakan tidak jelas apa yang memicu kubah tersebut. Namun perubahan iklim kemungkinan besar menjadi kontributor, mengingat durasi dan ekstrem gelombang panas.

Sementara itu menurut peta cuaca kebakaran Sumber Daya Alam Kanada, sebagian besar Alberta dan sebagian besar British Columbia dan Saskatchewan berada pada risiko kebakaran hutan yang ekstrem. "Semua bahan ada di sana. Ini adalah tong bubuk yang hanya mencari percikan api," kata Mike Flannigan, profesor kebakaran hutan di University of Alberta.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berhenti sejenak untuk mengingat warganya yang meninggal selama pidato di Ottawa pada Rabu (30/6) waktu setempat. Trudeau menyatakan keprihatinan atas ancaman kebakaran.

"Kami telah melihat semakin banyak jenis peristiwa cuaca ekstrem ini dalam beberapa tahun terakhir," kata Trudeau. "Jadi secara realistis, kita tahu bahwa gelombang panas ini tidak akan menjadi yang terakhir," ujarnya menambahkan.

Di Washington, Presiden AS Joe Biden mengatakan perubahan iklim mendorong pertemuan berbahaya dari panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan. Dia juga memperingatkan bahwa AS tertinggal dalam mempersiapkan apa yang bisa menjadi rekor jumlah kebakaran hutan tahun ini.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement