REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Bank Indonesia (BI) menilai, keberadaan pondok pesantren merupakan berkah yang luar biasa bagi pengembangan ekonomi syariah (eksyar), sehingga pondok pesantren harus menjadi prioritas dalam membangun industri dan ekonomi syariah di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Erwin Soeriadmaja selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten dalam Seminar Nasional terkait Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Pesantren di Indonesia sekaligus pelantikan pengurus Hebitren Korwil Banten yang diketuai Ali Syuudi di Serang baru-baru ini.
Acara yang merupakan rangkaian Road to Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) yang akan diadakan pada September mendatang ini dihadiri oleh Prof Dr H Nizar MAg, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama; Amy Atmanto, Designer Pembina Industri Kreatif dan Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES); M Yusuf, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Banten; Dr Ahmad Juwaini selaku Direktur Keuangan Syariah, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS); Dr Mas Purnomo Hadi MM selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan Seminar Nasional Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Pesantren di Indonesia ini diikuti oleh peserta seminar yang terdiri dari perwakilan kementerian, pemerintah daerah, pesantren, akademisi, mahasiswa serta perwakilan Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) korwilprovinsi lainnya.
Lebih lanjut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten, Erwin Soeriadimaja mengatakan, terdapat 6 prinsip utama dalam pengembangan pesantren. "Pertama, ekonomi syariah harus mampu memberi kontribusi nyata terhadap penguatan ekonomi masyarakat dan nasional," ujar Erwin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (4/7).
Kedua, ekonomi syariah merupakan arus baru pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas pesantren dan potensi ekonomi lokal guna pertumbuhan yang inklusif. Ketiga, pemberdayaan pesantren harus bersifat end- to-end dari hulu ke hilir.
Keempat, pembuatan peta jalan (road map) kemandirian pesantren antara lain melalui replikasi model bisnis, virtual market, dan holding business pesantren. Kelima, melalui peningkatan akses pesantren baik akses pasar, keuangan, maupun digitalisasinya. Keenam, melalui pembangunan pesantren dengan memperkuat infrastuktur dan kelembagaan.
Sejalan dengan itu, Desainer Pembina Industri Kreatif Penerima Penghargaan Ibu Negara yang juga Pengurus Pusat MES (Masyarakat Ekonomi Syariah) Amy Atmanto menerangkan bahwa Pesantren di Indonesia merupakan potensi besar untuk pengembangan ekonomi syariah.
"Bayangkan, Indonesia mempunyai sekitar 28.194 ribu pesantren dengan sekitar 18 juta orang santri, sehingga santri berpotensi menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, ekonomi syariah dan UMKM," ujar Amy Atmanto.