Rabu 07 Jul 2021 13:14 WIB

BOR Tinggi, Satgas Meminta Pemda Tambah Fasilitas Isolasi

Satgas Covid-19 ungkap keterisian BOR di luar Jawa-Bali tinggi hingga 80 persen

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.  Tingkat Keterisian Tempat Tidur atau Bed of Ratio (BOR) rumah sakit COVID-19 terkini, menunjukkan keterisian pada 6 provinsi Pulau Jawa melebihi 80 persen terisi. Selain itu, yang perlu diperhatikan ialah pada 14 provinsi luar Jawa-Bali dengan BOR mencapai 50 sampai 80 persen.
Foto: Satgas Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. Tingkat Keterisian Tempat Tidur atau Bed of Ratio (BOR) rumah sakit COVID-19 terkini, menunjukkan keterisian pada 6 provinsi Pulau Jawa melebihi 80 persen terisi. Selain itu, yang perlu diperhatikan ialah pada 14 provinsi luar Jawa-Bali dengan BOR mencapai 50 sampai 80 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tingkat Keterisian Tempat Tidur atau Bed of Ratio (BOR) rumah sakit COVID-19 terkini, menunjukkan keterisian pada 6 provinsi Pulau Jawa melebihi 80 persen terisi. Selain itu, yang perlu diperhatikan ialah pada 14 provinsi luar Jawa-Bali dengan BOR mencapai 50 sampai 80 persen. 

Diantaranya, provinsi Lampung, Papua Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sumatra Barat, NTT, Bangka Belitung, Jambi, Papua dan Maluku Utara. 

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito memastikan hal ini tengah diupayakan masing-masing pemerintah daerah (Pemda) untuk melakukan mitigasi dengan meningkatkan jumlah fasilitas isolasi terpusat dan meningkatkan kualitas pemantauan pasien isolasi mandiri. 

"Tingginya BOR pada provinsi-provinsi ini perlu segera ditindaklanjuti. Mohon pemerintah daerah segera mengkonversi tempat tidur dan menambah fasilitas Isolasi terpusat," ucap Wiku dalam Keterangan Pers Harian PPKM Darurat secara daring, Selasa (6/7) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden 

Dalam menekan tingginya angka BOR, masyarakat dapat berkontribusi. Caranya, bagi masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 atau pernah kontak erat dengan pasien positif jangan panik. Segeralah menghubungi puskesmas setempat untuk dilakukan pemeriksaan dan penelusuran kontak. 

Sambil menunggu hasil pemeriksaan, pasien terus berkonsultasi dengan petugas puskesmas, agar isolasi mandiri dapat selalu terpantau. "Ingat melapor ke puskesmas sangat membantu pendataan dan pelacakan kontak, serta penanganan COVID-19 bisa didapatkan gratis tanpa dipungut biaya apapun," lanjut Wiku. 

Puskesmas dapat menganjurkan pasien untuk isolasi mandiri atau merujuk ke fasilitas isolasi terpusat maupun rumah sakit sesuai gejalanya. Jika dianjurkan isolasi mandiri, penting memastikan ketersediaan peralatan seperti oxymeter, thermometer obat-obatan dan vitamin. Pantau suhu dan saturasi oksigen pasien secara berkala dan pastikan asupan makanan dengan gizi seimbang terpenuhi setiap harinya. 

Kemudian diimbau bagi masyarakat yang melakukan Isolasi mandiri tidak perlu panik dengan membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Karena hal ini dapat memicu habisnya stok barang tersebut dan membuatnya langka di pasaran. Sehingga harga meningkat tajam dan menyulitkan orang yang benar-benar membutuhkannya. 

"Ingat, penggunaan obat-obatan selama masa pemulihan harus dengan resep dokter," tutur Wiku.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement