Rabu 07 Jul 2021 15:22 WIB

Peneliti Buat Teknologi Elektronik Tertipis, Hanya 2 Atom

Teknologi yang digunakan mirip dengan cara kerja perangkat komputasi canggih saat ini

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Para ilmuwan berhasil mengembangkan teknologi tertipis di dunia yang bisa menyimpan informasi elektronik.
Foto: Tel Aviv University
Para ilmuwan berhasil mengembangkan teknologi tertipis di dunia yang bisa menyimpan informasi elektronik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para ilmuwan berhasil mengembangkan teknologi tertipis di dunia yang bisa menyimpan informasi elektronik. Teknologi itu, dikembangkan ilmuan dengan ketebalan dua atom.

Dikatakan dalam studi, teknologi yang digunakan mirip dengan cara kerja perangkat komputasi canggih saat ini. Mereka, memindahkan elektron melintasi celah antar lapisan, sehingga komputer dapat beralih di antara dua keadaan biner (0 dan 1) yang membentuk dasar unit dan dasar informasi digital, bit.

Baca Juga

"Dalam keadaan tiga dimensi alami, bahan ini (kristal) terdiri dari sejumlah besar lapisan yang ditempatkan di atas satu sama lain, dengan setiap lapisan diputar 180 derajat relatif terhadap tetangganya," ujar Moshe Ben Shalom, fisikawan di Universitas Tel Aviv, dalam studi yang ditulis dirinya dan tim, dikutip Live Science, Rabu (7/7).

Dia menambahkan, dalam penelitiannya, tim bisa menumpuk lapisan secara artifisial dalam konfigurasi paralel tanpa rotasi. Langkah itu, secara hipotesis, menempatkan atom dari jenis yang sama menjadi tumpang tindih yang sempurna, meskipun ada gaya tolak yang kuat di tengahnya.

Dijelaskan tim peneliti, penerowongan kuantum bisa memungkinkan partikel, khususnya elektron, untuk melewati penghalang yang tampaknya tidak dapat dilewati. Hal ini, terjadi karena dalam fisika kuantum, partikel ada sebagai gelombang probabilitas yang diproyeksikan dari partikel yang ada di ruang tertentu.

Tak sampai di sana, tim mengatakan, bahwa kedua lapisan yang ada tidak sejajar dengan sempurna. Sebaliknya, dua lapisan itu lebih memilih untuk bergeser sedikit dari tengah satu sama lain sehingga muatan yang berlawanan dari setiap lapisan tumpang tindih. Hal ini menyebabkan elektron bebas (bermuatan negatif) bergerak menuju satu lapisan dan inti atom bermuatan positif ke lapisan lainnya.

Mereka menambahkan, langkah yang ada itu, bisa menciptakan sejumlah kecil polarisasi elektronik, satu sisi bermuatan positif dan sisi lainnya bermuatan negatif di dalam perangkat. Namun demikian, dengan menyesuaikan bagaimana satu lapisan berhubungan dengan yang lain, polarisasi bisa dibalik, dan mengubah perangkat dari satu keadaan biner menjadi yang lainnya, sehingga informasi bisa tersimpan.

Para peneliti itu, yang menerbitkan studinya di Jurnal Science pada 25 Juni, menegaskan, percepatan pergerakan elektron semakin masif jika mengurangi ukuran teknologi menjadi hanya dua lapisan atom. Pergerakan yang lebih cepat itu, kata mereka, juga bisa membuat perangkat di masa depan lebih cepat, kurang padat dan hemat energi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement