Kamis 08 Jul 2021 15:15 WIB

Imam Besar Al Azhar Minta Dukungan Peroleh Hak Air di Sudan

Imam Besar Al Azhar sebut sejumlah negara mengeklaim kepemilikan Sungai Nil.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Imam Besar Al Azhar Minta Dukungan Perelah Hak Air di Sudan . Foto: Imam Besar Al Azhar
Foto: Arab News
Imam Besar Al Azhar Minta Dukungan Perelah Hak Air di Sudan . Foto: Imam Besar Al Azhar

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Grand Syekh Al Azhar Ahmed El Tayyeb menegaskan kembali dukungannya bagi Pemerintah Mesir dan Sudan dalam memperoleh hak air mereka. Pernyataan El Tayyeb itu disampaikan menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB yang akan diadakan pada Kamis (8/7) atas permintaan Mesir dan Jsdah atas perselisihan Bendungan Renaisans Besar Etiopia (GERD).

Seperti dilansir Ahram Online pada Kamis (8/7), El Tayyeb meminta komunitas internasional, baik Afrika, Arab, maupun dunia Islam, bahu-membahu membantu Mesir dan Sudan untuk melindungi hak air mereka karena adanya negara yang mengeklaim kepemilikan atas Sungai Nil.  

Baca Juga

Sebagai tokoh ulama Suni, El Tayyeb menekankan bahwa semua agama setuju bahwa sumber daya yang diperlukan untuk kehidupan seperti sungai adalah milik umum dan dalam keadaan apa pun tidak ada hak bagi individu atau negara untuk mengambil kepemilikannya secara sepihak.

Ia juga mengatakan bahwa mengambil alih sumber daya yang diberikan Tuhan seperti air sama saja dengan pencurian dan tindakan agresi.

“Sungai Nil adalah sumber kehidupan Mesir, yang selalu dan masih merupakan pendukung perdamaian dan stabilitas bagi semua. Oleh karena itu, membela hak-hak rakyatnya untuk mengamankan bagian mereka atas air adalah kewajiban yang tidak dapat diganggu gugat. Jika diakui bahwa tidak ada yang bisa mengambil hak Etiopia untuk mengembangkan dan mengambil manfaat dari sungai, maka tidak ada yang bisa juga mengambil hak historis rakyat Mesir atas perairan Sungai Nil,” kata El Tayyeb.

Sebelumnya selama hampir satu dekade, Mesir dan Sudan telah mendorong kesepakatan yang komprehensif dan mengikat secara hukum dengan Etiopia atas bendungannya yang hampir selesai, yang sedang dibangun di Blue Nile, sebelum memulai pengisian kedua bulan depan. Namun, Etiopia telah berulang kali menolak untuk menandatangani instrumen yang mengikat tentang pengisian dan pengoperasian GERD dan sebaliknya berusaha untuk menyusun pedoman yang dapat diubah kapan saja atas kebijakannya sendiri.

Pejabat Etiopia telah berulang kali mengumumkan bahwa mereka akan mengisi reservoir GERD 74 miliar kubik meter (bcm) dengan 13,5 bcm mulai 22 Juli untuk meningkatkan jumlah air menjadi 18,4 bcm, naik dari 4,9 bcm yang diamankan pada tahun 2020, dengan atau tanpa kesepakatan. Etiopia juga berpendapat bahwa masalah GERD adalah masalah kedaulatan nasional Etiopia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement