Prof. Dr. Ida Parwati, Sp.PK (K), Ph.D dari Departemen Patologi Klinik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menjelaskan, stunting adalah masalah Gizi Intergenerasi, calon ibu dengan anemia berpotensi besar melahirkan bayi stunting. Termasuk calon ibu yang tidak merubah pola makannya saat hamil. "Faktor sosial budaya yang diturunakan antargenerasi seperti kemiskinan, kondisi lingkungan yang tidak mendukung membuat makin sulit diintervensi," jelas Prof. Ida Parwati.
Lebih lanjut menurut Profesor Ida Parwati kekurangan vitamin D pada bayi dan ibu hamil menjadi salah satu penyebab stunting, padahal sumber vitamin berlimpah seperti sinar matahari dan ikan. Kurangnya vitamin D sehingga proses penyerapan fosfor dan kalium terganggu yang bisa berdampak pada proses pertumbuhan akibatnya terjadi stunting.
Sementara itu Agus Riyanto, SP, M.Si Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto menyampaikan, pemenuhan Gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan merupakan hal yang sangat penting selain juga sanitasi lingkungan. "Asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang sumbernya bisa mempertimbangkan sumberdaya lokal, daya beli dan budaya setempat," ujar Agus Riyanto.
Agus Riyanto juga menyampaikan sebenarnya beras juga sebagai sumber protein. Namun yang terjadi saat ini beras yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah beras yang putih bersih. Beras yang beredar dimasyarakat sudah melalui tahapan proses dari gabah pecah kulit hingga melalui proses sosok sehingga kandungannya seperti protein dan sebagainya sudah turun. Diperparah juga dengan kebiasaan mencuci beras sampai air benar-benar bersih.
Prof. Dr. Ida Parwati, Sp.PK (K), Ph.D menambahkan, selain asupan vitamin D untuk mencegah stunting juga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi kekurangan gizi sejak masa ibu hamil. Seperti hematologi rutin, skrining anemia, tanda-tanda infeksi, konfirmasi anemia, kadar ferritin, kadar bezi, TIBC dan pemeriksaan vitamin D.