REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Poso, KH Muhammad Adnan Arsal, mengungkapkan, ulama Poso berharap pemerintah hadir dalam menangani kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). MIT hingga saat ini masih menjadi masalah, sehingga Poso masih menjadi daerah tertinggal.
"Sebenarnya kalau dari awal sejak 1998 sampai sekarang ini, kita dari tokoh agama dan lintas agama serta ormas-ormas Islam yang ada, sudah bersepakat bahwa musuh yang ada di atas, di Gunung Biru itu tidak bisa dianggap enteng," kata Kiai Adnan dilansir dari laman MUI, Kamis (8/7) malam.
Kiai Adnan mengatakan, semua harus sepakat bagaimana cara penyelesaian masalah teroris tersebut. Pihak dari tokoh lintas agama mengharapkan negara hadir untuk menyelesaikan masalah di Poso. Karena masalahnya sudah cukup lama, sudah sampai 22 tahun.
Ia mengatakan, akibat belum tuntasnya masalah terorisme tersebut, hingga saat ini Poso masih menjadi salah satu daerah yang tertinggal. Jika dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Borok Wali, Kampana, dan Parigi, Poso masih tertinggal dari mereka.
“Kenapa Poso tertinggal dari daerah lain, karena masih ada permasalahan yang belum terselesaikan yaitu adanya sekelompok yang menyatakan dirinya teroris, yang melawan negara," ujar Kiai Adnan dalam Webinar Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme (BPET) MUI Pusat belum lama ini.
Ia menegaskan, masalah teroris ini merupakan sesuatu hal yang tidak main-main. Untuk itu, pihak dari lintas agama bersepakat bahwa masa lalu itu sudah masa cukup membuat generasi menderita. Yakni generasi yang menjadi abu dan menjadi arang.
Menurut Kiai Adnan, perang yang dibiarkan terus menerus bukanlah warisan yang baik untuk generasi mendatang. "Alangkah besar dosa kita sebagai orang tua, sebagai tokoh tidak menyelesaikan persoalan terorisme ini," katanya.