Ahad 11 Jul 2021 10:56 WIB

Perlu Operational Room untuk Jamin Layanan Kesehatan Covid

Operational Room harus berkoordinasi dengan dokter, RS maupun apotik.

Ekonom Indef Dradjad Wibowo menjelaskan soal pentingnya operational room untuk menjamin layanan kesehatan publik akibat  Covid-19. (foto ilustrasi)
Foto: istimewa/doc pribadi
Ekonom Indef Dradjad Wibowo menjelaskan soal pentingnya operational room untuk menjamin layanan kesehatan publik akibat Covid-19. (foto ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom Indef Dradjad Wibowo mengusulkan pemerintah untuk segera membuat operation room untuk menjamin semua warga yang membutuhkan perawatan karena Covid bisa dilayani. Jika pelayanan kesehatan ambruk maka akan punya dampak psikologis yang sangat besar.

“Saya mengusulkan pemerintah memiliki semacam operation room, dimana setiap hari berkomunikasi dengan dokter, RS, apotik. Dengan begitu,kondisi per hari akan bisa diketahui sistem pelayanan kesehatannya, dan kebutuhannya,” kata Dradjad, yang saat ini sedang melakukan kajian Covid-19 dari aspek ekonomi, Ahad (11/7).

Dicontohkannya, Apotik juga sangat krusial dalam menjaga sistem layanan kesehatan masyarakat. Masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) harus mudah mendapatkan obat-obatan dengan harga terjangkau.

“Tidak bisa negara hanya menerapkan harga eceran tertinggi (HET) saja, lalu ancaman ini itu. Tapi harus dengan komunikasi yang bagus, karena semua unsur kesehatan harus berjalan sinergi,” ungkap dia.

Dengan demikian pemerintah perlu memiliki operation room yang setiap hari bekerja untuk menjamin pelayanan kesehatan. Jangan sampai pelayanan kesehatan ambruk, sehingga tidak mampu merawat pasien.

Kalau sistem pelayanan kesehatan ambruk, menurut Dradjad, efek psikologis pasar sangat besar. masyarakat akan turun kepercayaan terhadap sistem pelayanan kesehatan, pelaku pasar akan juga jatuh kepercayaan terhadap prospek ekonomi.

“Efeknya sangat besar sekali. Jadi dalam kondisi sekarang pemerintah perlu all out menjamin sistem kesehatan sanggup merawat semua pasien covid, yang membutuhkan perawatan medis, yang jumlahnya sangat meningkat drastis saat ini,” papar dia.

Pada kondisi sekarang, menurut Dradjad, hal yang sangat mendesak yang harus dilakukan adalah menjamin pelayanan kesehatan. Dikatakannya, salah satu tolok ukur dalam penanganan pandemi adalah agar sistem pelayanan  kesehatan tidak kalah dengan jumlah kasus. “Jangan sampai jumlah kasus meledak melebihi dari sistem pelayanan kesehatan,” kata Dradjad.

Dalam sistem pelayanan kesehatan ini, lanjut Dradjad, ada unsur RS, alat kesehatan, obat-obatan, keuangan. Namun yang menjadi unsur paling krusial adalah dokter dan tenaga kerja kesehatan. “Negara perlu memberikan perhatian prioritas pada dokter dan nakes, bukan hanya dari kesehatan fisik tapi juga mental.

Mereka sudah setahun lebih dalam tekanan berat, langsung berhadapan dengan virus, yang bukan sekadar membuat mereka sakit tapi juga terancam jiwanya. Ini bukan hanya membuat tekanan fisik tapi mental. Sebagai perbandingannya, kata Dradjad, masyarakat yang mengalami pembatasan dua atau tiga pekan saja banyak yang suntuk. Mereka yang mengalami hal kecil ini saja mengalami tekanan mental.

Dalam kondisi ini, kata Dradjad, negara perlu memberi perhatian spesial terhadap kesehatan fisik dan mental dokter dan nakes ini. “Tentu juga harus memperhatikan juga masalah finansial mereka,” kata Dradjad.

Birokrasi pemerintah diminta untuk memprioritaskan dokter dan tenaga kesehatan. Begitu juga RS, baik jumlah tempat tidur maupun alat kesehatannya, perlu diperhatikan agar tercukupi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement