Senin 12 Jul 2021 16:54 WIB

Kementan Proyeksi Permintaan Hewan Kurban Turun 10 Persen

Kementan yakin terjadi penurunan permintaan kurban karena pelemahan daya beli

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang memeriksa kondisi domba yang dijual untuk hewan kurban di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.  Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi permintaan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini mengalami penurunan hingga 10 persen. Hal itu dipicu oleh pelemahan daya beli imbas pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Pedagang memeriksa kondisi domba yang dijual untuk hewan kurban di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi permintaan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini mengalami penurunan hingga 10 persen. Hal itu dipicu oleh pelemahan daya beli imbas pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi permintaan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini mengalami penurunan hingga 10 persen. Hal itu dipicu oleh pelemahan daya beli imbas pandemi Covid-19.

Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, mengatakan, total pemotongan hewan kurban tahun 2020 lalu mencapai 1.683.354 ekor untuk sapi, kambing, dan domba. "Tahun ini, diprediksi akan menurun 10 persen mungkin jadi sekitar 1,5 juta ekor saja," kata Nuryani dalam Forum Merdekat Barat, Senin (12/7).

Ia mengatakan, dari sisi ketersediaan, pemerintah menjamin kecukupan secara nasional. Saat ini, ketersediaan ternak untuk hewan kurban mencapai 1.767.522 ekor. Jumlah itu terdiri dari sapi lokal dan eks impor, kerbau, kambing, dan domba. Oleh karena itu, penurunan permintaan bukan berarti akan diikuti dengan penurunan penyediaan kurban.

Pemerintah, kata Nuryani, juga terus membuka keran impor sapi bakalan dari Australia untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri. Sejauh inin proses impor masih terus berjalan meski terdapat sejumlah hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi mengenai keterbatasan transportasi perkapalan dari Australia.

Pasalnya pengiriman ternak yang biasa dikhususnya untuk Indonesia kini harus berbagi dengan negara lain karena ketersediaan transportasi yang terbatas. "Misalnya, Australia menyamakan pengiriman untuk Malaysia dan Indonesia, lalu pasar untuk negara lain juga dibuka sehingga kita juga harus berbagi," kata dia.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Purus Subendro, mengatakan, kemungkinan pelemahan permintaan hewan kurban tahun ini bisa turun lebih dari 10 persen. "Tahun lalu meski sudah pandemi kita masih optimis tapi tahun ini agak sulit," katanya.

Hingga H-8 Idul Adha, Nanang mengatakan, penjualan hewan kurban di para pedagang masih banyak yang di bawah 50 persen. Hal itu sudah diprediksi oleh para peternak dan pedagang sehingga penyiapan stok siap dijual juga dikurangi.

"Yang jelas, momen Idul Adha ini adalah sangat ditunggu-tunggu karena harga naik, sedangkan Idul Fitri meski harga daging naik, itu harga sapi tetap flat," ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement