Selasa 13 Jul 2021 11:52 WIB

WHO: Covid-19 Varian Delta Menyebar di 104 Negara

Covid-19 varian delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Suasana kemacetan jalan di Harare, Zimbabwe, Rabu (16/6). Meningkatnya lonjakan kasus Covid-19 dan munculnya varian delta yang memiliki tingkat penularan yang lebih berbahaya membuat sejumlah negara kembali memberlakukan lockdown. Zimbabwe kembali memberlakukan lockdown sebagai cara untuk mengantisipasi meningkatnya kasus pandemi Covid-19. EPA-EFE/AARON UFUMELIPutra M. Akbar
Foto: EPA
Suasana kemacetan jalan di Harare, Zimbabwe, Rabu (16/6). Meningkatnya lonjakan kasus Covid-19 dan munculnya varian delta yang memiliki tingkat penularan yang lebih berbahaya membuat sejumlah negara kembali memberlakukan lockdown. Zimbabwe kembali memberlakukan lockdown sebagai cara untuk mengantisipasi meningkatnya kasus pandemi Covid-19. EPA-EFE/AARON UFUMELIPutra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Covid-19 varian delta yang lebih menular telah menyebar di 104 negara. Hal itu menjadi salah satu faktor melonjaknya kasus dan kematian akibat Covid-19.

 

Baca Juga

“Varian delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus Covid-19 dan kematian,” kata Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman resmi WHO pada Senin (12/7).

 

Dia mengungkapkan, di tempat-tempat dengan cakupan vaksinasi tinggi, varian delta tetap menyebar cepat. “Terutama menginfeksi orang yang tak terlindungi dan rentan serta terus memberikan tekanan pada sistem kesehatan,” ujarnya.

Ghebreyesus mengatakan di negara-negara berpenghasilan rendah, para tenaga kesehatan berjuang keras untuk merawat pasien-pasien Covid-19 di tengah kurangnya pasokan oksigen serta alat pelindung diri. Menurutnya, vaksin memang bukan jalan keluar tunggal dari pandemi. Namun kehadirannya sangat dibutuhkan. “Ini jelas lebih buruk di tempat-tempat yang memiliki sangat sedikit vaksin, tapi pandemi belum berakhir, di mana pun,” ucapnya.

 

Dia pun menyoroti masalah kesenjangan global dalam pasokan vaksin. Ghebreyesus berpendapat, saat ini distribusi vaksin masih belum adil dan merata. “Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki persediaan untuk memvaksinasi petugas kesehatan mereka dan yang paling rentan,” katanya.

Sejauh ini, dunia telah mencatatkan dunia sudah mencatatkan 187,23 juta kasus Covid-19. Pandemi telah membunuh lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia. Sebanyak 3,46 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement