REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban pada Selasa (13/7) mengecam kemungkinan rencana Turki untuk memperluas kehadiran militernya di Afghanistan, dan menyebut mereka merugikan kedua belah pihak di tengah penarikan pasukan asing dari negara yang dilanda perang itu.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs kelompok itu, Taliban memperingatkan pihaknya akan mengambil sikap terhadap pasukan Turki jika mereka tetap berada di Afghanistan melewati September ini.
Jika pasukan Turki “melanjutkan pendudukan negara kami, Imarah Islam (Taliban) dan bangsa Afghanistan – sejalan dengan tugas agama, hati nurani dan patriotik mereka – akan mengambil sikap melawan mereka,” kata pernyataan itu.
Jika "urusan" tidak berakhir, tambah kelompok itu, "maka tanggung jawab atas semua konsekuensi akan berada di pundak mereka yang ikut campur dalam urusan orang lain dan membuat keputusan yang keliru seperti itu."
Sambil menekankan hubungan bersejarah, budaya, dan agama antara Turki dan Afghanistan, Taliban mengatakan bahwa bila Turki mempertahankan pasukan di negara itu maka mereka akan “tidak bijaksana, pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial kami, dan bertentangan dengan kepentingan nasional kami.”
“Kami sangat mendesak para pejabat Turki untuk membatalkan keputusan mereka karena merugikan kedua negara,” kata Taliban.
Perlu diperhatikan bahwa Turki belum mengirim pasukan tempur ke Afghanistan.
Pada Januari 2021, tentara Turki memimpin Satuan Tugas Gabungan Kesiapan Sangat Tinggi NATO, menempatkan ribuan tentara dalam keadaan siaga, siap dikerahkan dalam beberapa hari.
Brigadir Jenderal Turki Selcuk Yurtsizoglu memimpin Komando Kereta, Saran, Bantuan di Kabul yang melakukan bantuan pasukan keamanan berbasis fungsional untuk melatih, memberikan masukan, dan membantu Divisi Ibukota ke-111 di Kabul.