Kamis 15 Jul 2021 12:29 WIB

Wudhu, Bersuci, dan Mandi Junub dalam Mazhab Syafii

Mazhab Syafii merangkum batasan dan detil cara wudhu, bersuci, dan mandi junub.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Wudhu, Bersuci, dan Mandi Junub dalam Madzhab Syafii. Foto: Ilustrasi Berwudhu
Foto: EPA-EFE/BILAWAL ARBAB
Wudhu, Bersuci, dan Mandi Junub dalam Madzhab Syafii. Foto: Ilustrasi Berwudhu

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Wudhu, istinja (bersuci), dan mandi junub dalam Mazhab Syafii dirangkum detail batasan-batasan sah dan juga caranya.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 6: “Idza qumtum ila as-shalati fa-ghsiluu wujuhakum wa aydiyakum ilal-maraafiq wa-msahuu bi-ru-usikum wa arjulakum ilal-ka’baini. Wa in kuntum junuban fattaharuu,”. Yang artinya: “Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,”.

Baca Juga

Kemudian dalam Surah An-Nisa ayat 43, Allah juga berfiman: “Wa laa junuban illa aabiri sabilin,”. Yang artinya: “(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja,”.

Imam Syafii dalam kitab Ar-Risalah menjabarkan, Kitab Allah memang menjelaskan tentang tata cara wudhu, bukan istinja dengan batu, dan juga tentang mandi junub. Adapun batas minimal membasuh wajah dan anggota tubuh lainnya adalah sekali, tetapi mencakup lebih dari satu kali.

Rasulullah SAW pernah menjelaskan bahwa membasuh itu cukup sekali, tetapi beliau pernah berwudhu dengan tiga kali membasuh. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran saat mandi adalah satu kali. Apabila satu kali sudah sah, maka bilangan tiga kali hanyalah pilihan.

Adapun sunnah menunjukkan bahwa istinja sah dengan menggunakan tiga batu. Nabi Muhammad SAW pun menunjukkan wudhu dan mandi yang beliau kerjakan. Beliau menunjukkan bahwa dua mata kaki dan dua siku termasuk anggota tubuh yang harus dibasuh.

Sebab ayat tersebut, menurut Imam Syafii, mengandung pesan bahwa keduanya adalah batas basuhan. Dan keduanya masuk ke dalam basuhan. Sabda Rasulullah SAW: “Celakalah kaki-kaki yang masuk neraka,”. Itu menunjukkan bahwa yang diperintahkan adalah membasuh, bukan mengusap.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement