Kamis 15 Jul 2021 17:20 WIB

Begini Lho Proses Produksi Oksigen

Membuat oksigen tidaklah mudah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja membongkar muat tabung oksigen di gudang PT Indo Gas Papua, Kabupaten Keerom, Papua, Rabu (14/7/2021). Dinas Kesehatan Provinsi Papua membutuhkan sebanyak 223 tabung ukuran besar dan 10 tabung ukuran kecil setiap harinya untuk enam kabupaten dan satu kota di Papua, masing-masing RSUD Jayapura, RSUD Yowari, RSUD Biak, RSUD Mappi, RSUD Boven Digoel, RSUD Karubaga dan RSUD Wamena.
Foto: Antara/Indrayadi TH
Pekerja membongkar muat tabung oksigen di gudang PT Indo Gas Papua, Kabupaten Keerom, Papua, Rabu (14/7/2021). Dinas Kesehatan Provinsi Papua membutuhkan sebanyak 223 tabung ukuran besar dan 10 tabung ukuran kecil setiap harinya untuk enam kabupaten dan satu kota di Papua, masing-masing RSUD Jayapura, RSUD Yowari, RSUD Biak, RSUD Mappi, RSUD Boven Digoel, RSUD Karubaga dan RSUD Wamena.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Departemen Teknik Kimia UGM Prof Panut Mulyono menerangkan oksigen merupakan komponen penting dalam sintesis zat-zat kimia seperti amonia, alkohol dan jenis bahan plastik. Oksigen dan asetilen juga dipakai dalam pengelasan dan metal cutting.

"Karena dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Bahan bakar roket bisa dari oksigen cair dengan suhu di bawah 183 derajat celcius," ujar Rektor UGM tersebut.

Baca Juga

Pakar Energi UGM ini mengingatkan, untuk memproduksi oksigen tidak mudah, apalagi dalam skala produksi rumahan. Ini cukup berdasar karena produksi oksigen prinsipnya dengan memisahkan oksigen yang ada di udara dari zat lain yaitu nitrogen dan argon.

Udara terdiri atas 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen dan 1 persen argon. Cara pemisahan dengan distilasi kriogenik atau Pressure Swing Adsorption (PSA). Distilasi kriogenik prinsipnya menekan dan mendinginkan udara, sehingga jadi cair.

Lalu, oksigen, nitrogen dan argon dipisah dengan distilasi. Kemurnian oksigen dihasilkan dari distilasi kriogenik ini lebih dari 99 persen. Produksi skala kecil yang cocok PSA dengan prinsip udara ditekan lewat bejana berisi bahan penjerat.

Misalnya, zeolit atau karbon aktif. Nitrogen terperangkap atau terjeray masuk ke pori-pori bahan isian tapi oksigennya lolos (tidak terjerat), sehingga gas yang ke luar bejana merupakan oksigen dengan kemurnian 90-93 persen.

Jika bahan isian sudah jenuh dengan nitrogen maka operasi dihentikan dan dengan penurunan tekanan bejana itu, maka nitrogen ke luar dari pori-pori bahan isian. Sehingga, bisa dialirkan ke tempat lain atau dibuang. 

Supaya alat bisa bekerja hasilkan oksigen secara kontinu, dalam alat dipasang paling sedikit dua bejana berisi bahan penjerat yang bekerja secara bergantian. Oksigen konsentrator portabel yang dijual di pasaran umumnya bekerja dengan PSA. 

Cara lain produksi oksigen dengan elektrolisis air yang menghasilkan oksigen murni dan hidrogen murni. Oksigen ke luar dari sisi anoda (+) dan hidrogen ke luar dari sisi katoda (-). Tapi, cara ini membutuhkan energi listrik yang besar.

"Alternatif lain produksi oksigen dengan kadar sekitar 95 persen juga dapat dilakukan dengan pemisahan nitrogennya menggunakan membran," kata Panut. 

UGM sendiri berusaha menggandeng alumni-alumni yang bekerja di industri kimia. Yang mana, ada unit produksi oksigen seperti pupuk dan methanol sintetis. Tapi, tidak mudah karena banyak RS yang memerlukan oksigen, perlu pembagian nasional.

"Saya kira para dokter di RS sudah menerapkan standar penggunaan oksigen bagi pasien dengan baik. Yang bisa dilakukan, optimalisasi kapasitas produksi unit-unit produksi yang dimiliki, sehingga mencapai 100 persen kapasitas terpasang," ujar Panut.

Panut menambahkan, banyaknya pasien yang tidak tertampung di rawat inap standar RS, kebutuhan tabung oksigen yang dapat digeser mengikuti posisi pasien juga jadi soal. Karenanya, pengadaan tabung oksigen harus diusahakan secepatnya.

Kelangkaan pasokan oksigen

Kelangkaan pasokan oksigen terjadi seiring bertambahnya pasien covid. Salah satu langkah yang mungkin dilakukan menjawab kelangkaan pasokan oksigen, terutama di RS, dengan optimalisasi kapasitas unit-unit produksi dalam negeri.

Dia mengatakan, saat ini baru beroperasi 74 persen dari kapasitas terpasang. Jadi, sekitar 72 persen dari produk yang ada digunakan bagi kepentingan industri dan hanya 28 persen untuk kebutuhan medis. 

"Namun, meningkatnya kebutuhan oksigen yang sangat besar akibat melonjaknya pasien covid di Tanah Air, menerima bantuan oksigen dari negara sahabat dan impor oksigen jadi keniscayaan demi menyelamatkan banyak pasien," kata Panut, Kamis (15/7).

 

Ia menuturkan, sebenarnya kondisi normal pasokan oksigen di Tanah Air saat ini tidak ada masalah. Selain digunakan berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, oksigen juga banyak dipakai di blast furnace untuk pembuatan baja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement