REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Arena pertandingan akbar tenis Wimbeldon memang telah berlalu. Peristiwanya tak berbeda jauh dari putaran final pertandingan Euro 2020 yang juga diadakan di London, Inggris.
Tapi, khusus untuk arena tenis di Wimbeldon kali ini ada yang sangat berharga. Di waktu pembukaan kejuaraan itu, yakni pada 28 Juni lalu, ada upacara yang sungguh mengharukan bagi nilai kemanusian di dunia yang kini tengah diamuk pandemi Corona.
Uniknya, fokus perhatian penonton baik yang ada di dalam stadion dan yang ada di luar stadion tertuju pada posisi duduk perempuan pirang berbaju merah dan berkaca mata. Dia bukan olahragawan, pesohor atau anggota kerajaan Inggris. Dia hanyalah salah satu ilmuwan, dengan nama Dame Sarah Gilbert.
Memang kala itu, Gilbert mendapat aplaus sambil berdiri dari penonton yang cukup lama. Bahkan, di luar stadion tenis itu para penonton membentangkan spanduk bertuliskan ucapan terimakaih kepada Gilbert dan timnya.
Dan wajar bila sosok Gilbert kala itu punya arti khusus. Maka tak heran ketika pembawa acara pertandingan mengumumkan bila dia adalah salah satu orang yang saat ini sangat berjasa bagi dunia, khususnya arena pertandingan tenis Wimbeldon sehingga kali ini tetap bisa disaksikan seperti sedia kala. Orang bisa bebas berdatangan, bebas berinteraksi, tanpa mengenakan masker dan jaga jarak.
Maka tak heran begitu nama Dame Sarah Gilbert disebut, sorak sorai tepuk tangan langsung membahana. Tak peduli penonton kelas VVIP yang berada di kotak khusus (tempat anggota kerajaan Inggris), atau penonton biasa yang duduk di tribun, semua memberikan penghormatan sembari berdiri dan bertepuk tangan. Arena Center Court stadion tenis Wimbeldon saat itu pun benar-benar untuk Gilbert. Video tentang suasana itu pun langsung viral di media sosial.
Uniknya, ekspresi Gilbert ketika tertangkap kamera biasa saja. Dia hanya tersenyum simpul dengan ekpresi tubuh dan mimik wajah yang sederhana saja. Pemandangan langka ini langsung membuat banyak hati orang menjadi luluh kepadanya. Gilbert sama sekali tak menunjukan kesan jumawa sebagai pahlawan perempuan atau aneka soal bentuk pencitraan lain. Bagi dia semua terkesan biasa dan sederhana.
Maka tak aneh, ketika fenomena ini diunggah oleh jurnalis Joe Pike dari media Sky News dengan membuat liputan berjudul, "Tepuk tangan meriah di Lapangan Pusat Wimbledon untuk Dame Sarah Gilbert yang merancang vaksin Oxford COVID", semua orang terkesima. Sangat mengharukan. Tweet itu menjadi viral dan menerima banjir pujian.
Apa yang terjadi pada Gilbert juga muncul dalam pembicaraan di WAG di Indonesia. Hal ini terjadi kala ada pertanyaan dan jawaban soal mengapa vaksin AstraZaneca (AZ) temuan Gilbert begitu murah. Mengapa AZ tak semahal vaksin Covid yang dikembangkan perusahaan Jerman BioNTech dan perusahaan AS Pfizer yang berharga mahal. Atau dengan kata lain: Mengapa vaksin temuan Gilbert yang juga kerap disebut Vaksin AstraZeneca-Oxford harganya lebih terjangkau?
Di antara jawaban yang tersebar diperbicangan WAG di Indonesia adalah seperti ini:
Mengapa vaksin AZ yang termurah? Itu karena dia (Gilbert) menyerahkan hak patennya. Dengan ini sudah sepantasnya umat manusia ucapkan terima kasih yang sangat besar padanya sebab ketika butuh vaksin itu tak perlu bayar banyak uang membelinya.
Lalu apa saksinya? Ya itu ada di lapangan tengah stadion tenis Wimbledon yang merupakan situs ziarah paling klasik untuk semua penggemar tenis
Dan uniknya, pada pertandingan turnamen itu ternyata jutru bukan juara tenis yang diberikan tepuk tangan meriah oleh penonton, melainkan wanita yang kala itu datang menonton pertandingan dengan mengenakan baju berwarna merah. Dia adalah salah satu penemu vaksin AZ. Namanya, Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Universitas Oxford.
Berkat jasanya, di bawah epidemi global yang mengamuk, ketersediaan vaksin AZ telah menyelamatkan banyak nyawa. Meskipun AZ belum tentu vaksin yang paling canggih, namun Gilbert telah begitu bermurah hati melepaskan hak patennya. Dia sangat menghargai kehidupan dan kesejahteraan umat manusia yang menderita lebih dari sekedar berharap pada pengembalian uang melalui temuannya tersebut.
Dengan Gilbert secara sukarela menyerahkan hak paten vaksinnya, maka kini harga vaksin AZ sangat murah. Hanya sekitar 2-3 dolar AS belaka.
Maka, semua tahu sekarang. Ini terutama untuk menjawab adanya publikasi buruk vaksin AZ yang tersebar akibat harganya yang begitu murah. Ternyata, berbeda dengan vaksin Corona lainnya, vaksin AZ berharga murah karena dijual dengan harga untuk sekedar mengganti biaya produksi saja.
Gilbert dengan telah melepaskan hak patennya, maka berati dia kehilangan potensi mendapatkan uang yang sangat besar. Namun, dia memilih tidak mendapatkan uang dari penjualan vaksin tersebut. Dia sumbangkan termuan vaksinnya itu untuk umat manusia.
Maka, Dame Sarah Gilbert sosok luar biasa. Dia wanita yang benar-benar hebat.
Dan penonton dan lapangan utama Stadion Tenis Wimbley, London, menjadi saksinya.
Sekali lagi, terima kasih Dame Sarah Gilbert beserta tim ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris. Di balik rakus dunia, karena ada negara dan perusahaan memperdagangkan serta memonopoli vaksin Covid-19, anda semua telah memberi contoh keteladanan sempurna.