REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ribuan warga Kota Bogor kesulitan mendapat pasokan air bersih sejak Ahad (18/7) siang. Kondisi ini sebagai akibat rusaknya pipa transmisi air baku 1.000 milimeter milik Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, di jalur Intake Ciherang Pondok-IPA Dekeng yang terdampak kecelakaan kerja proyek jalur ganda Bogor-Sukabumi.
DPRD Kota Bogor menilai, kecelakaan kerja di proyek double track ini merupakan yang paling parah. Wakil Ketua II DPRD Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata mencatat, sudah beberapa kali terjadi kecelakaan kerja di proyek Double Track. Seperti, terjadi longsor di Jalan Raden Saleh, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan atau di KM 2+225, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan atau di KM 3+100, serta di Kelurahan Batutulis KM 3+300 pada April lalu.
Kemudian, pada awal Juni lalu, alat berat berupa crane milik proyek Double Track terguling dan hampir menimpa rumah warga sekitar. “Saya mencatat sudah beberapa kali terjadi kecelakaan kerja seperti crane terbalik, longsor, dan banjir di proyek Double Track. Dan yang sekarang terjadi adalah paling parah, dimana terjadi kebocoran akibat pipa PDAM tertimpa material pengerjaan proyek. Serta menyebabkan hampir seluruh warga Bogor tidak bisa menikmati air bersih dalam beberapa hari,” ujar Dadang kepada Republika, Rabu (21/7).
Dadang mengatakan, seharusnya kecelakaan kerja yang demikian tidak perlu terjadi, jika pihak kontraktor berhati-hati dalam mengetahui titik-titik adanya sarana vital. Selain pipa air milik Perumda Tirta Pakuan, diketahui terdapat saluran milik PLN, PGN, dan Telkom.
Oleh karena itu, dia menegaskan, sudah waktunya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor membuat surat resmi ke PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dengan tujuan agar PT KAI menegur para kontraktor, bahkan mengganti kontraktor jika diperlukan. Sebab, kejadian kecelakaan kerja yang merugikan warga Kota Bogor sudah terjadi berulang kali.
“Sudah waktunya Pemkot Bogor membuat surat resmi ke PT. KAI, agar PT. KAI menegur, kalau perlu mengganti kontraktor yang menyebabkan kerusakan atau kecelakaan kerja. Apalagi kalau sampai berulang ulang untuk menghindari hal yang lebih buruk terjadi lagi,” tegasnya.
Dadang mengaku, turut merasa prihatin dengan kejadian yang dialami warga Kota Bogor. Apalagi, dari rusaknya pipa milik PDAM, sekitar 70 ribu pelanggan PDAM mengalami kesulitan air bersih selama lebih dari 24 jam.
Sehingga, Dadang meminta, kontraktor untuk lebih berhati-hati dan profesional. Serta mengutamakan keselamatan kerja, baik untuk pegawai di lapangan, masyarakat, serta lingkungan sekitar.
“Kontraktor harus mengutamakan keselamatan kerja, baik untuk pegawai lapangan, masyarakat dan lingkungan di sekitar proyek. Juga untuk fasilitas-fasilitas vital yang kebetulan sudah ada di dalam proyek. Seperti pipa PDAM, kabel dan tiang listrik, instalasi gas alam, ataupun kabel atau menara telepon,” jelasnya.
Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Rino Indira Gusniawan menjelaskan, hingga saat ini Perumda Tirta Pakuan masih berupaya melakukan normalisasi pengaliran. Caranya dengan membuang udara yang terjebak di dalam pipa melalui saluran-saluran pembuangan (wash out) yang tersedia.
Oleh karena itu, beberapa tempat di Kota Bogor masih mengalami gangguan pasokan air bersih. “Di beberapa tempat pasokan air bersih masih terjadi gangguan, karena masih ada udara yang terjebak di dalam pipa sehingga menghambat pasokan air ke pelanggan,” ujar dia.
Pihaknya mengimbau agar pelanggan tetap menampung air saat masih mengalir, hingga pasokan kembali pulih. Saat ini, Perumda Tirta Pakuan masih menyiapkan armada tangki untuk suplai air gratis bagi pelanggan. Tercatat, ada 27 tangki air yang sudah disuplai ke warga terdampak.
Salah seorang warga Perumahan Menteng Asri di Kecamatan Bogor Barat, Milka (35 tahun) mengaku hari ini sekitar pukul 06.00 WIB rumahnya kembali tidak dialiri oleh air. Padahal, sekitar pukul 04.00 WIB, air kembali mengalir meskipun belum deras.
“Sekitar Subuh sudah mengalir, tapi nggak deras. Sayangnya nggak ada imbauan, jadi saya lupa nampung,” kata ibu dua anak ini.
Sebelumnya, ketika ada pemberitahuan gangguan pasokan air bersih pada Ahad (18/7), dia menampung air di tabung mesin cuci dan ember yang ada di rumahnya. Namun, hari ini dia tidak menampung air yang cukup untuk keluarganya.
“Saya mau ngungsi ke rumah orang tua di Mawar, Kelurahan Kebon Kelapa. Di sana pakai sumur Alhamdulillah masih ada air. Susah kalau punya balita mah kalau nggak ada air, buat bikin susu bersih-bersih, aduh,” ujarnya.