Rabu 21 Jul 2021 16:45 WIB

Revisi Data, India Laporkan Kematian Covid-19 Tertinggi

Maharashstra India menambah data kematian dari kasus yang tidak dilaporkan

Red: Nur Aini
Anggota keluarga bereaksi sebelum pemakaman seorang korban yang meninggal dengan COVID-19, di tempat kremasi untuk korban COVID-19 di New Delhi, India, 10 Mei 2021. Seruan untuk penutupan secara nasional telah meningkat seiring dengan jumlah COVID- baru- 19 infeksi dan kematian terkait berdiri mendekati rekor tertinggi pada 10 Mei.
Foto: EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Anggota keluarga bereaksi sebelum pemakaman seorang korban yang meninggal dengan COVID-19, di tempat kremasi untuk korban COVID-19 di New Delhi, India, 10 Mei 2021. Seruan untuk penutupan secara nasional telah meningkat seiring dengan jumlah COVID- baru- 19 infeksi dan kematian terkait berdiri mendekati rekor tertinggi pada 10 Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mencatat hampir 4.000 kematian akibat Covid-19 pada Rabu (21/7), tertinggi dalam sebulan, setelah negara bagian terkaya di negara itu merevisi angka kematiannya.

Maharashtra, pusat bisnis keuangan Mumbai, sebelumnya menambah data kematian India dengan 3.509 kasus yang tidak dilaporkan. Total kasus kematian di negara bagian itu mencapai 130.753 dari 418.840 kematian di seluruh India.

Baca Juga

Kementerian tidak memberikan alasan di balik revisi itu, tetapi pihak berwenang sebelumnya pernah mengaitkan kasus kematian yang tidak dilaporkan dengan kesalahan administrasi, sebelum kesalahan itu ditemukan dan angkanya muncul di data resmi. Bulan lalu, negara bagian Bihar yang miskin di bagian utara menambah angka kematian India lebih dari 5.000 dalam sehari setelah memasukkan data yang belum dilaporkan.

Perubahan tiba-tiba dalam data kematian yang sebelumnya tidak tercatat mengundang kecurigaan bahwa total kematian akibat Covid-19 di India jauh lebih banyak dari yang dilaporkan secara resmi. Total jumlah kasus di India mencapai 31,22 juta dengan 418.480 kematian, menurut data resmi.

Namun, Center for Global Development yang berbasis di Washington dalam sebuah laporan memperkirakan angka kematian sebenarnya bisa mencapai 4,9 juta jiwa. Pada Rabu, pemerintah melaporkan 42.015 kasus infeksi baru dalam 24 jam terakhir, menurut data kementerian kesehatan.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.

(QS. Az-Zumar ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement