REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reaksi pascavaksinasi Covid-19 dinilai sebagai hal yang wajar. Dosen dan peneliti Mikrobiologi Medis, Biologi Molekuler dan Imunologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Budiman Bela, mengatakan reaksi tubuh yang muncul seperti demam dan pegal setelah vaksin Covid-19 dimasukkan ke dalam tubuh menunjukkan vaksin berfungsi.
"Yang baik itu kalau ada reaksi terhadap vaksinasinya," kata Budiman yang merupakan Ketua Tim Pengembangan Vaksin Merah Putih Universitas Indonesia saat dihubungi, Rabu (21/7).
Budiman menuturkan jika tidak ada reaksi, maka ada dua kondisi kemungkinan. Pertama penerima vaksin memang tidak bereaksi atau vaksinnya yang tidak bisa menimbulkan reaksi tersebut karena misalnya suhu saat penyimpanan dan transportasi vaksin dalam proses distribusinya tidak terjaga sehingga mengalami kerusakan.
Reaksi tubuh terhadap vaksin bermacam-macam seperti demam, pegal, mengantuk, bahkan ada yang merasa lemas hingga mau pingsan. Namun, reaksi mau pingsan itu sangat kecil sekali kejadiannya.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak khawatir dengan gejala tersebut setelah menjalani vaksinasi. Selain itu, tenaga kesehatan yang menyuntikkan vaksin sudah terlatih.
Orang yang mau divaksinasi juga harus melalui skrining atau pemeriksaan kesehatan di sentra vaksinasi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir saat mau divaksinasi. Karena dokter atau tenaga kesehatan akan memeriksa dahulu kondisi kesehatan calon penerima vaksin dan menetapkan untuk layak divaksinasi atau tidak.
Setelah divaksinasi, penerima vaksin Covid-19 juga akan berada dalam pengawasan tenaga medis di sentra vaksinasi selama 30 menit sehingga jika ada gejala tertentu bisa langsung diberikan bantuan medis. Penerima vaksin Covid-19 juga bisa menyampaikan jika ada keluhan di kemudian hari seperti setelah sampai di rumah dengan menghubungi kontak tenaga medis yang tertera di kartu vaksin yang diterima oleh setiap orang yang sudah divaksinasi.